Jumat 26 Oct 2018 05:30 WIB

Idris Tawfiq Menangis Mendengar Lantunan Ayat Suci Alquran

Tawfiq adalah seorang penulis Muslim Inggris terkenal.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Idris Tawfiq
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Alquran

Baginya ini adalah kali pertama mengenal Muslim dan Islam. Dia melihat bagaimana Mesir yang lemah lembut, orang- orang yang berpenampilan cerah dan sangat kuat. Mereka terlihat tenang, lembut, dan tertib dalam beribadah. Begitu suara adzan menggema, mereka yang sebagian pedagang segera berkemas dan menuju Masjid. Indah sekali saya melihatnya," terangnya.

Dari sinilah, pandangan Tawfiq berubah tentang Islam. "Waktu itu, seperti warga Inggris lainnya, pengetahuan saya tentang Islam tak lebih seperti yang saya lihat di TV, memberikan teror dan melakukan pengeboman.Ternyata, itu bukanlah ajaran Islam.Hanya oknumnya yang salah dalam memahami Islam," tegasnya.

Ia pun mempelajari Alquran. Pelajaran yang didapatkannya adalah keterangan dalam Alquran yang menyatakan sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang beriman adalah orang Yahudi dan musyrik.

Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang beriman adalah orang yang berkata, "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani." Yang demikian itu di sebabkan di antara mereka itu terdapat pendeta-pendeta dan rahib- rahib, (juga) karena seungguhnya mereka tidak menyombongkan diri (Al- Maidah ayat 82).

Ayat ini membuatnya berpikir keras. Baginya, Islam sangat baik, toleran. Justru, pihak lain yang memusuhinya. Inilah yang menjadi awal keislaman mantan pastor Inggris sehingga dia bersyahadat. Sepulang dari Mesir, Tawfiq aktif mengajarkan pelajaran agama kepada para siswa di sebuah sekolah umum di Inggris, ia diminta mengajarkan studi agama.

"Saya mengajar tentang agama Kristen, Islam, Yudaisme, Buddha dan lain-lain. Jadi, setiap hari saya harus membaca tentang agama Islam untuk bisa saya ajarkan pada para siswa. Di sana banyak terdapat siswa Muslim keturunan Arab. Mereka memberikan contoh pesahabatan yang baik, bersikap santun dengan teman lainnya. Dari sini, saya makin intens berhubungan dengan siswa Muslim," ujar dia.

Selama Ramadhan, dia menyaksikan umat Islam, termasuk para siswanya, berpuasa serta melaksanakan shalat tarawih bersama-sama. "Hal itu saya saksikan hampir sebulan penuh.Dan, lama kelamaan saya belajar dengan mereka, kendati waktu itu saya belum menjadi Muslim," papar Tawfiq.

Dari sini kemudian Tawfiq mempelajari Alquran. Ia membaca ayat- ayat Alquran dari terjemahannya. Ketika membaca ayat 83 surah al-Maidah, ia pun tertegun. "Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Alquran)." (Al-Maidah ayat 83).

Secara tiba-tiba, kata Tawfiq, ia pun merasakan apa yang disampaikan Alquran. Ia menangis. Namun, hal itu ia sembunyikan dari pandangan para siswanya. Ia merasa ada sesuatu di balik ayat tersebut. Dari sini, Tawfiq makin intensif mempelajari Islam.

Bahkan, ketika terjadi peristiwa 11 September 2001 banyak orang menyematkan pelakunya kalangan Islam. Ia menjadi heran. Kendati masih memeluk agama lain, ia yakin, Islam tidak seperti itu.

Tawfiq yakin, Islam tidak seperti yang dituduhkan. Apalagi, pengalamannya sewaktu di Mesir, Islam sangat baik, dan penuh dengan toleransi. Ia pun bertanya-tanya. "Mengapa Islam? Mengapa kita menyalahkan Islam sebagai agama teroris. Bagaimana bila kejadian itu dilakukan oleh orang Kristen? Apakah kemudian Kristen akan dicap sebagai pihak teroris pula?" Karena itu, ia menilai hal tersebut hanyalah dilakukan oknum tertentu, bukan ajaran Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement