Selasa 02 Oct 2018 16:24 WIB

Tlemcen, Ibu Kota Kebudayaan Islam

Tlemcen mendapat pengaruh peradaban Islam dari Andalusia hingga Turki Usmani.

Tlemcen
Foto:

Lalu, kehidupan komersial pun lahir dan ditandai dengan berdirinya wilayah perdagangan bernama El Kessaria. Wilayah komersial itu kemudian banyak didatangi Muslim dari Andalusia dan juga warga Yahudi dari daerah lain di Spanyol.

Saat itu, penduduk Kota Tlemcen mencapai 100 ribu jiwa dan tergolong menjadi kota besar. Sejarah mencatat, tahun 1236, Muslim Andalusia yang berada di Tlemcen mencapai 50 ribu jiwa. Karena itulah, pengaruh Andalusia menjadi sangat kuat dan masih terasa hingga sekarang.

Setiap tahun, pemerintah kota setempat menggelar festival musik Andalusia. Hal itu menjadi salah satu bukti masih bercokolnya pengaruh Andalusia di Tlemcen. Perkembangan yang berjalan pesat pun menjadikan Tlemcen diperebutkan banyak pihak.

Dari wilayah sebelah barat, masuk pengaruh Dinasti Merinidas yang membangun Masjid Sidi Boumediene dan Sidi Haloui serta istana kemenangan di Mansourah. Bangunan-bangunan tersebut masih bisa terlihat hingga saat ini.

Hampir bersamaan juga masuk pengaruh kekuasaan Turki antara abad ke-16 hingga abad ke-19. Kemudian, kolonialisme mulai masuk Tlemcen tahun 1842 dengan datangnya Prancis. Kekuasaan Prancis di Tlemcen bercokol hingga tahun 1962 bersamaan dengan merdekanya Aljazair.

Sepanjang masa penjajahan Prancis, Tlemcen tidak banyak mengalami perubahan tata kota. Begitu merdeka tahun 1962, wilayah kota tersebut sudah mencapai 300 hektare dan sebagian di antaranya merupakan kawasan industri.

Pada 1987, penduduk Tlemcen mencapai 112 ribu jiwa dan terus berkembang hingga saat ini mencapai sekitar 200 ribu jiwa. Selain kota budaya dan komersial, wilayah tersebut juga sempat dikenal sebagai kota pelajar. Jejak peninggalan tradisi keilmuan di kota ini juga ada.

Paling tidak, jejak peninggalan itu terlihat di dua lokasi bersejarah, seperti Dar El Hadith dan Medersa Franco-Muslim. Dar El Hadith didirikan tahun 1937 sebagai tempat untuk mengkaji bahasa Arab dan agama Islam.

Tempat pendidikan ini dikelola oleh komunitas ulama. Di masa penjajahan Prancis, pusat kajian Islam ini sempat tutup. Begitu Aljazair merdeka, Dar El Hadith pun dihidupkan kembali. Sekitar tahun 1990, lembaga ini mengalami perkembangan pesat.

Sedangkan, Medersa Franco-Muslim atau madrasah untuk Franco-Muslim didirikan tahun 1905. Sekolah ini termasuk lembaga pendidikan bergengsi yang menghasilkan banyak tokoh Islam di wilayah itu. Kota ini memiliki banyak peran dan sejarah bagi peradaban Islam.

Presiden Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Tlemcen, Amine Lachachi, mengungkapkan bahwa 80 persen situs peninggalan Islam di Aljazair berada di Tlemcen. Hingga saat ini, kehidupan tradisi Islam pun berjalan sangat kuat di wilayah tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement