REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Paham radikalisme dan terorisme yang dilakukan oleh segelintir umat Islam membuat umat agama ini dari seluruh dunia menanggung akibatnya. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nadhatul Ulama Said Aqil Siroj, pada Ahad (20/5).
Menurutnya, perilaku para teroris mencoreng wajah Islam yang oleh Nabi Muhammad dibawa dengan penuh kedamaian. Said lalu mengutip pidato Raja Abdullah dari Yordania di hadapan parlemen Eropa.
Dalam pidato itu, Raja Abdullah mengakui bahwa radikalisme datang dari Timur Tengah. "Ini pengakuan rajanya sendiri. Akhirnya itu (radikal dan teroris) menjadi stigma. Umat Islam di seluruh dunia menerima bebannya," ungkap Said.
Said mengungkapkan, dirinya menghormati para habib namun ia mempertanyakan adanya keturunan Nabi Muhammad yang kerap mengecam sesama umat Muslim. "Bukan saya menghina orang Arab lho. Saya hormat sama habib-habib. Tapi ini (radikalisme dan terorisme) mencoreng Islam. Nabi tidak pernah bermuka sangar, mukanya ramah. Tapi cucunya takbir membawa pentungan provokasi ke sana ke sini," imbuhnya.
Padahal, dalam sejarah tidak ada sedikit pun ajaran Nabi Muhammad yang mentolerir kekerasan apalagi mentolerir pembakaran tempat ibadah non-Muslim. Akibat pelaku radikalisme dan terorisme yang mengenakan atribut Islam pun, maka kaum Muslim baik-baik yang mengenakan atribut serupa ikut terkena imbasnya.
"Jadi ada fitnah terhadap orang berjenggot atau bercadar akibat para bomber pakai atribut itu," kata Said.
Oleh karena itu, bila ada masyarakat yang menolak pemakaman jenazah teroris di wilayah mereka, Said pun tidak melarang.
"Itu haknya wargalah, saya juga setuju itu. Teroris buang saja ke laut," tegasnya.