REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Baitul Mal Umat Islam Bank Negara Indonesia (Bamuis BNI) yang didirikan pada 5 Oktober 1967 telah banyak membantu para mustahik yang membutuhkan bantuan. Di usianya yang ke-50 ini, Bamuis BNI mampu menjadi Laznas modern pertama di Indonesia.
Fakta sejarah tersebut diungkap dalam penelitian ilmiah yang dilakukan Wakil Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekaligus Dewan Syariah Bamuis BNI, Prof Muhammad Amin Suma. Buku tersebut diberi judul Bamuis BNI Laz-Nas Modern Pertama di Indonesia.
"Dari mana saya menganggap ini sebagai lembaga Laznas modern pertama di Indonesia, pertama dari tahun pendiriannya tadi," ujar Amin Suma saat meluncurkan buku tersebut di Gedung BNI Pusat, Jakarta, Rabu (25/4).
Amin Suma mengungkapkan Bamuis BNI menjadi Laznas modern pertama yang didirikan paling awal pada 1968, lalu didirikanlah Bazis tingkat provinsi seperti Bazis DKI, Aceh, dan Jawa Barat. "Sementara untuk daerah itu adalah Cirebon yang memiliki pertama kali memiliki Perda zakat. Itu kira-kira dasarnya," ucap Amin.
Namun, menurut dia, saat itu Bamuis BNI sudah memiliki manajemen yang baik dalam pengelolaan dana zakat karena dilaksanakan oleh BNI yang notabene SDM-nya sudah mumpuni dan dilengkapi perangkat sedikian rupa. "Bamuis ini menurut data yang ada di tangan saya Alhamdulilah dan itu ditopang oleh BNI. Karena BNI adalah lembaga keuangan negara yang tentu sudah memiliki kemampuan luar biasa dengan perangkat yang sedemikian rupa," katanya.
Bahkan, lanjut dia, dari sisi pelaporan keuangannya, saat itu Bamuis BNI juga sudah melakukan audit internal dan eksternal. Amin pun mengapresiasi Bamuis BNI karena saat itu Dirut BNI, Winarto Sumarto sudah memerintahkan agar gaji karyawannya yang Muslim dipotong 2,5 persen untuk zakat profesi.
"Dari manajemen, saya mengapresiasi yang luar biasa. Karena saat itu Dirut Pak Winarto memerintahkan semua karyawan-karyawan BNI yang agama Islam dipotong 2,5 persen," jelasnya.
Direktur Eksekutif Bamuis BNI Sudirman mengatakan, sejak didirikan, Bamuis BNI sudah mendapat dukungan dari kalangan ulama dan juga pegiat zakat di Indonesia, sehingga sampai saat ini Bamuis BNI terus bisa berkontrobusi kepada umat. Menurut dia, peluncuran buku tersebut semata-mata untuk mengapreasiasi perjuangan para pejuang zakat di Bamuis BNI. Dia berharap, melalui acara ini akan semakin meningkat ghirah melaksanakan ibadah zakat infaq dan sedekah.
"Tentu Bamuis BNI tidak ingin berhenti di usia 50 tahun, tapi masih punya cita-cita luhur yang ingin dicapai. Masih besar keinginan untuk terus dapat meringankan beban saudara-saufata kita yang membutuhkan," jelasnya.
Setelah peluncuran buku tersebut lalu dilanjutkan dengan diskusi panel yang membahas tentang dunia perzakatan Indonesia. Dalam diskusi panel tersebut menghadirkan Direktur Pemberdayaaan Zakat dan Wakaf Ditjen Bimas Islam Kemenag, M Fuad Nasar dan Dewan Syariah MUI sekaligus Ketum Ikadi, Ahmad Satori Ismail.