REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Situasi kritis pengungsi Palestina terancam tak bisa memenuhi kebutuhan pokok setelah bantuan untuk mereka dipotong oleh negara-negara terkait, belum mendapatkan perhatian luas publik dunia.
Direktur Perencanaan Agensi Pekerjaan dan Pemulihan PBB untuk Pengungsi Palestina atau The United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugees in the Near East (UNRWA) Abdi Aynte, menyebutkan UNRWA didirikan pada 1945 dengan mandat khusus hanya dan sebagai satu-satunya lembaga yang ditugaskan menangani para pengungsi Palestina.
Setelah selama 70 tahun mendapatkan bantuan dana dari berbagai negara dan non negara. "Tahun lalu kami mengalami perubahan fundamental yang disebabkan pengakuan PBB bagi kemungkinan kemerdekaan Palestina, dan keputusan Presiden AS Donald Trump memangkas drastis bantuan AS dari 350 juta dolar AS menjadi 70 juta dolar AS,” katanya di Kantor BAZNAS, Jakarta, Rabu (21/2).
Abdi menjelaskan, biaya operasional UNRWA per tahun mencapai 1,3 miliar dolar AS untuk mendanai 30.000 staf yang 99 persen adalah pengungsi Palestina. Masih ditambah melayani 5,2 juta pengungsi Palestina, dengan rincian antara lain 1,3 juta jiwa di Gaza, 1,2 juta di Yordania, 1,7 juta lainnya disebutkan sebagai pengungsi yang sangat rentan. “Saat ini ada 525.000 siswa di 700 sekolah dasar UNRWA di Palestina. Kini kami menghadapi krisis finansial setelah 70 tahun eksis,” katanya.
Untuk mengatasi masalah itu, UNRWA telah membentuk Task Force Emergency Appeal 2018 hingga Juni mendatang. Salah satu tugas mereka adalah menggalang penghimpunan dana dengan target 550 juta dolar AS pada bulan Ramadhan ini.
Hasil rapat di Kemenlu juga memutuskan untuk menggelar even kampanye kemanusiaan Palestine Weeks bersama IHA dan BAZNAS dalam waktu dekat, sekaligus menerima kunjungan pimpinan Komisioner Jenderal UNRWA, Pierre Krahenbuhl, ke Jakarta.
Abdi Aynte, memuji program kemanusiaan BAZNAS selama ini. Pihaknya mengapresiasi sepak terjang BAZNAS yang tampil terdepan sebagai institusi yang menggerakkan bantuan kemanusiaan di kancah regional dan global, seperti donasi untuk pengungsi Rohingya. "Kami berharap bisa menjalin kerja sama dengan lembaga ini untuk membantu pengungsi Palestina,” ujar Abdi yang juga Ketua UNRWA Task Force Emergency Appeal 2018 ini.