Senin 29 Jan 2018 16:09 WIB

Shah Jahan Jadikan Mughal Pusat Peradaban yang Unggul

Barat mendeskripsikan Shah Jahan penguasa ambisius dan flamboyan.

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Agung Sasongko
Taj Mahal
Taj Mahal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kesultanan Mughal di bawah kendali Shah Jahan menjadi pusat peradaban yang unggul dalam bidang sains, seni, sastra, serta ilmu-ilmu agama.

Sepanjang sejarah Kesultanan Mughal, ada dua raja yang dapat dianggap terkemuka.Mereka adalah Shah Jahan dan Aurangzeb. Kepemimpinan mereka telah memberikan sumbangsih yang besar bukan hanya bagi identitas India sampai saat ini, melainkan juga peradaban Islam.

Shah Jahan lahir dengan nama Syahabuddin Muhammad Khurram pada 1592. Dia merupakan putra Jahangir dari istrinya, Bilqis Makani, yang beragama Hindu. Roger D Long dalam Encyclopedia of India mendeskripsikannya sebagai raja yang ambisius dan flamboyan.

Saat dia berkuasa, hukum syariat berlaku secara lebih kaku. Banyak bangunan yang menyerupai penyembahan berhala dihancurkannya. Di lingkungan istana, orang-orang terdekat serta para pengikutnya diberangkatkan ke Tanah Suci.

Sepeninggalan ayahnya, Shah Jahan tampil sebagai putra mahkota yang paling berani. Setelah berhasil merebut kekuasaan pada 1628, dia memerintahkan agar semua lawannya dibunuh, termasuk saudara- saudaranya sendiri. Namun, dia membiarkan Nur Jahan, istri almarhum ayahnya, untuk tetap hidup dalam pengasingan.

Tidak seperti era Jahangir, Shah Jahan memerintahkan ekspansi militer ke daerah-daerah sekitar di Anak Benua India. Total prajuritnya yang siap tempur mencapai satu juta jiwa.

Persenjataan mereka dilengkapi dengan meriam laras panjang yang dibuat di Benteng Jaigarh, Rajasthan. Sejumlah wilayah kekuasaan rajput Hindu pun ditaklukkannya.

Tiga negeri otonom Muslim di dataran tinggi Dekka, yakni Ahmednagar, Bijapur, dan Golconda, juga terus dikepung sampai menyerah. Pada 1638, Kandahar di Afghanistan dan Balkh di Asia tengah sempat dikuasainya, tetapi lepas tiga tahun kemudian.

Shah Jahan mengubah birokrasi kerajaan agar lebih terpusat dan sistematis.Dengan demikian, stabilitas politik dan keamanan dapat terjaga. Secara umum, Kesultanan Mughal di bawah kendali Shah Jahan menjadi pusat peradaban yang unggul dalam bidang sains, seni, sastra, serta ilmu-ilmu agama.

Hal ini didukung sifat Shah Jahan sendiri yang mencintai ilmu pengetahuan dan seni, khususnya arsitektur. Fisher mengungkapkan, Mughal kala itu menghasilkan kekayaan paling besar di dunia.

Hingga akhir era Shah Jahan pada 1658, jumlah penduduk Anak Benua India meningkat pesat sampai empat kali lipat. Kemakmuran umumnya berlangsung merata.

Meskipun begitu, pada awal 1630-an wabah kelaparan sempat terjadi akibat gagal panen. Hampir dua juta orang tewas kekurangan gizi di sekitar Dekka, Khandesh, dan Gujarat.

Sejak kematian Mumtaz Mahal, kondisi psikologis Shah Jahan terus merosot.Dia tidak lagi cakap memimpin. Anak- anaknya kemudian saling berperang satu sama lain demi mendapatkan takhta.

Pada masa akhir hidupnya, sultan Mughal kelima ini mendekam di Benteng Agra akibat intrik politik istana. Ironisnya, yang menjadikannya tahanan adalah salah seorang anaknya sendiri, Aurangzeb.

Setiap hari di kamar tahanan, Shah Jahan hanya bisa memandangi Taj Mahal dari jendela, membayangkan wajah istrinya tercinta, Mumtaz Mahal. Pada 1666 dia mengembuskan napas terakhir. Jasadnya dikebumikan bersebelahan dengan makam istrinya itu di lantai bawah Taj Mahal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement