REPUBLIKA.CO.ID, Aurangzeb memindahkan pusat kekuasaan dari Agra ke Shahjahanabad (kini Delhi).Selanjutnya, pada 1682 dia pindahkan lagi ibu kota ke Aurangabad, sekitar dataran tinggi Dekka.
Aurangzeb menghabiskan sebagian besar masa kekuasaannya di medan pertem puran. Kekuatan pasukannya terbilang besar. Dia memiliki ribuan tentara gajah dengan persenjataan api yang mumpuni.
Karena itu, berbagai pem- berontakan terhadap Mughal dapat diredamnya, meskipun dengan susah payah. Sejumlah rajput Hindu dan Sikh berhasil dikalahkannya.
Namun, ambisinya lebih tertuju pada menaklukkan seluruh India selatan, khususnya kerajaan-kerajaan otonom yang menghuni dataran tinggi Dekka. Kelak, upayanya ini berujung pada kegagalan dan justru mengantarkan Kesultanan Mughal pada situasi terpuruk.
Kebanyakan sejarawan sepakat bahwa era kepemimpinan Aurangzeb kurang toleran terhadap kaum non-Muslim di Anak Benua India. Sebelum dia berkuasa, orang-orang Hindu dan para loyalis non-Muslim relatif mudah berkarier di pemerintahan sesuai dengan kemampuan dan prestasinya.
Sebagai penguasa Muslim, Aurangzeb cenderung ortodoks. Dalam pernikahan, misalnya, dia memiliki empat orang istri. Hal ini tidak seperti para sultan Mughal sebelumnya. Mereka lumrah memiliki istri lebih dari empat karena menganggap longgar aturan yang telah digariskan syariat Islam.
Belakangan, Aurangzeb menjadi lalai dalam menjaga stabilitas politik. Hal itu disebabkan obsesinya yang begitu tinggi pada persoalan ekspansi wilayah. Kemudian, dia pun tidak jarang memimpin sendiri pelbagai pertempuran melawan musuh-musuh, utamanya di Dekka dan India selatan.
Keadaan ini dimanfaatkan kongsi-kongsi dagang asal Inggris, Belanda, dan Prancis untuk melebarkan kekuasaan di Anak Benua India. Kesultanan Mughal semakin terpecah belah.
Rakyat yang non-Muslim tak lagi merasa terikat di bawah aturan Aurangzeb. Pemberontakan kian menjamur, terutama dengan merebaknya perdagangan gelap senjata api.
Pada 1707 Aurangzeb wafat dalam usia hampir 90 tahun. Jasadnya disemayamkan di permakaman yang cukup sederhana di Aurangabad.
Setelah kematiannya, Kesultanan Mughal pun mulai menampakkan tanda-tanda keruntuhan.Anak Benua India akhirnya jatuh ke dalam dominasi Inggris sejak paruh awal abad ke-18.