Senin 05 Jun 2017 12:46 WIB

Isa Graham: Saya Ingin Menjadi Mualaf Seperti Abu Bakar

Mualaf (ilustrasi).
Foto:

Brent pun menyatakan keinginannya untuk masuk Islam pada seorang teman Muslimnya. “Sayang, ia memberitahuku bahwa aku tak bisa menjadi Muslim hanya karena aku dilahirkan sebagai Kristen. Karena tak mengerti, aku menerima informasi itu sebagai kebenaran,” sesalnya.

Bagi pemuda kebanyakan di Australia, bisa jadi kehidupan Brent nyaris sempurna. Ia mahir memainkan alat musik, menjadi personel kelompok band, dan populer. Ia bisa berpesta sesering apa pun ber sama teman-teman yang mengelukannya. “Namun, aku tidak bahagia dengan semua itu. Aku tak tahu mengapa.”

Tanpa agama yang menenangkan hatinya, Brent seolah terhenti di sebuah sudut dengan banyak persimpangan. Perhentian itu membangun kannya pada sebuah malam. “Aku berkeringat dan mena ngis. Aku sangat ketakutan sambil terus bergumam ‘Aku bisa mati kapan pun’,” tutur nya.

Isyarat Allah menghampiri Brent keesokan harinya. Se orang Muslimah asal Myanmar yang menjadi teman kampusnya mengiriminya sebuah e-mail. Ia tahu Brent telah tertarik pada Islam sejak belajar di sekolah menengah dan da lam e-mail-nya itu ia bertanya apakah Brent masih tertarik pada Islam. Brent mengiyakan.

Beberapa hari kemudian, teman asal Myanmar itu da tang ke rumah Brent dan mem bawakannya sejumlah buku tentang Islam. Membacanya, Brent tahu bahwa Islam tak melarang non-Muslim sepertinya untuk memeluk agama itu. “Dari buku itu aku tahu bahwa banyak sahabat Nabi SAW, termasuk Abu Bakar, adalah mualaf. Aku sangat senang dan berteriak dalam hati, ‘Ini yang ku mau’.”

Selesai dengan bacaannya, Brent mendatangi seorang teman Muslim dan memin tanya menjelaskan tentang jannah (surga). Dari penjelasan tentang surga itu, ber tambahlah kekaguman Brent, juga kemantapannya pada Islam. Masjid Al-Fatih Coburg, Melbourne, menjadi saksi keislaman Bent Lee Graham.

Ia lalu mengganti namanya menjadi Isa Graham. “Aku ingin orang (non-Muslim) tahu bahwa dalam Islam kami juga memercayai Yesus,” ujarnya.

Bagi Isa, mencintai seseorang tidak seharusnya diwujudkan dengan menuhankannya, te tapi mengatakan segala sesuatu tentangnya apa adanya. “Kini aku ingin menunjukkannya kepada Yesus, bukan sebagai seorang Kristen, me lainkan sebagai Muslim.”

Disarikan dari Oase Islam Digest

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement