Senin 05 Jun 2017 12:46 WIB

Isa Graham: Saya Ingin Menjadi Mualaf Seperti Abu Bakar

Mualaf (ilustrasi).
Foto:
Allah/Ilustrasi

Keesokannya, sebuah peristiwa lain kembali menghentak hati Brent, memaksanya merenungi segala hal dalam hidupnya. “Seorang dosen mendatangi kelasku dan membawa berita kematian salah seorang teman sekelas kami,” kenangnya. Brent terguncang.

Ia semakin terguncang mengetahui teman sekelasnya itu meninggal karena heroin. Brent menjelaskan, semua orang di kampus tahu teman mereka yang baru meninggal itu tak pernah menggunakan heroin. “Dan, ia meninggal pada percobaan pertamanya menggunakan obat terlarang itu.”

Perasaan takut menyergap Brent. Remaja 17 tahun itu pun mulai memikirkan kehidupannya, juga kematian yang ia tahu cepat atau lambat akan menjemputnya. Brent memiliki seorang ibu yang menjadi pengajar Injil dan menyekolahkan Brent di sebuah sekolah Injil.

“Aku mengetahui isi kitab suciku. Dan, karenanya, aku banyak bertanya tentang agamaku,” kata Brent.

Brent tahu, nabi-nabi yang diutus jauh sebelum Yesus lahir menyampaikan ajaran yang sama, yakni tauhid. “Pun Yesus. Dalam Injil dijelaskan bahwa ia menyerukan tauhid. Dan, itu bertentangan dengan konsep Trinitas yang diajarkan gereja,” ujarnya.

Siang itu, saat membaca terjemahan Alquran di perpustakaan kampus, Brent dikejutkan oleh sebuah ayat, yakni ayat 171 surah an-Nisa, yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah anak Tuhan. “Ayat itu seolah menjawab keraguanku tentang trinitas,” katanya.

Brent mempelajari Alquran itu dari perpustakaan dan mulai berinteraksi dengan kitab suci umat Islam itu. Keterkejutan terbesar muncul saat ia membaca ayat-ayat tentang Yesus. “Alquran memuat cerita tentang kelahirannya yang menakjubkan, tentang ibunya yang mulia, juga keajaiban yang tidak diceritakan dalam Injil ketika dari buaian ia membela kehormatan ibunya.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement