REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof. Din Syamsuddin menilai pertemuan Raja Salman dengan tokoh-tokoh lintas agama menunjukkan Indonesia yang penuh kemajemukan.
"Memberitahu Raja Salman bahwa di Indonesia ada kemajemukan agama, dan kerukunan antar umat beragama," kata Din kepada Republika.co.id, Jum'at (3/3).
Menurut Din, apa yang dilakukan Raja Salman meneruskan prakarsa Raja Abdullah sebelumnya. Pasalnya, Raja Abdullah memiliki wawasan dan kecenderungan dialog, dan mewariskan sesuatu yang bersifat monumental.
"Yaitu, didirikannya King Abdullah International Centre for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID) yang berkedudukan di Wina, Austria," ujar Din.
Terlepas dari itu, lanjut Din, setiap agenda kunjungan Raja Salman bersifat positif, walau agenda-agenda non-formal di luar kerjasama dan investasi terkesan kurang disiapkan. Padahal, itu harusnya dipersiapkan untuk tujuan serius.
"Terutama, untuk membicarakan masalah-masalah fundamentalis strategis, seperti solusi terhadap keporak-porandaan dunia Islam," kata Din.
Selain itu, ia menambahkan, banyak masalah-masalah lain seperti strategi terhadap Islamofobia di negara-negara Barat, serta penanggulangan radikalisme dan ekstrimisme. Menurut Din, aspek yang harusnya dibahas juga tentang promosi Islam moderat.
Din sendiri memang tidak menghadiri pertemuan pada Jum'at siang di Hotel Raffles, tapi merasa kalau itu tidak akan jauh berbeda dengan pertemuan Kamis (2/3) siang di Istana Negara. Menurut Din, pertemuan cuma bermakna simbolis.
"Pertemuan-pertemuan itu hanya bersifat courtesy call dan hanya bermakna simbolik, itu baik tapi kesannya eman-eman," ujar Din menutup.