Kamis 02 Mar 2017 19:45 WIB
Belajar Kitab

Al-Itqan Kitab Fenomenal

Ilustrasi Kitab Kuning
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Kitab Kuning

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Al-Itqan merupakan kitab paling fenomenal dari sekian banyak kitab yang ditulis Imam al-Suyuthiy. Kitab Al-Itqan ditulis karena ia merasa heran pada saat karya-karya dalam bidang studi hadis telah banyak ditulis, tetapi belum ada karya representatif dalam bidang studi Alquran. Padahal, jelas bahwa Alquran lebih penting dan lebih tinggi derajatnya di bandingkan hadis.

Dapat dikatakan bahwa da lam karya-karya bidang studi Alquran yang komprehensif, Imam al-Suyuthiy hanya didahului oleh Muhyi al-Din al- Kafijiy, Jalal al-Din al-Bulqiniy, dan Badr al-Din al-Zarkasyi.

Dari karya ketiganya, hanya karya Badr al-Din al-Zarkasyi yang dapat ditemukan dan diedit sehingga kita dapat membacanya, yaitu karya yang berjudul Al-Burhan Fi Ulum Al-Qur an, itu pun jauh setelah Al-Itqan dikenal oleh para penuntut ilmu. Bahkan, menurut editor ma nus kripnya, Al-Burhan tidak dikenal kecuali setelah al-Suyuthiy menye but kannya di dalam muka dimah Al- Itqan sebagai salah satu referensinya.

Sebenarnya, Kitab Al-Itqan sen diri merupakan karya kedua tentang studi Alquran yang ditulis oleh Imam al-Suyuthiy. Karya studi Alquran pertama yang ia tulis berjudul Al- Tahbir Fi Ulum Al-Tafsir. Karya ini jauh lebih ringkas dibandingkan Al- Itqan. Al-Tahbir memuat 102 tema yang berkaitan dengan studi Alquran, mulai dari tema Makkiyah dan Madaniyah hingga pembahasan tentang sejarah Alquran.

Pembahasan-pembahasan Al- Tahbir sangat ringkas, bahkan ada yang tertuliskan temanya saja tanpa ada penjelasan. Sedangkan karya keduanya, Al-Itqan Fi Ulum Al-Quran, memuat 80 bab, yang menurut al- Suyuthiy, setiap babnya dapat dibahas secara panjang lebar hingga menjadi sebuah karya tersendiri. Namun, di dalam Al-Itqan tema-tema itu disebutkan secara ringkas.

Sebanyak 80 bab yang ada di dalam Al-Itqan mengandung bebe rapa tema pembahasan yang jumlahnya jika dihitung bisa melebihi 300 tema bahasan. Misalnya bab pertama tentang Makkiyah dan Madaniyah, al-Suyuthiy memuat tema tentang klarifikasi surat-surat Alquran yang diperselisihkan tentang Makkiyah atau Madaniyahnya, begitu juga tentang batasan Makkiyah dan Madaniyah dan beberapa tema penting lain. Begitu juga seterusnya.

Bab terakhir dari Al-Itqan berbicara tentang biografi para ahli tafsir dari kalangan Tabi’in, kemudian al-Suyuthiy meng akhirinya dengan menyertakan contoh-contoh tafsir bil ma`tsur dari setiap surah Alquran.

Di dalam mukadimah Al-Itqan, al-Suyuthiy mengatakan bahwa Al- Itqan secara keseluruhan ia karang sebagai prolog untuk sebuah karya tafsir yang sedang ia siapkan, yaitu tafsir yang berjudul Majma` Al- Bahrain Wa Mathla` Al-Badrain. Namun, kitab itu belum ditemukan hingga sekarang. Barangkali yang dimaksud adalah tafsir Al-Durr Al- Mantsur Fi Al-Tafsir Bi Al-Ma`tsur yang sudah dicetak salah satu penerbit di Kairo dalam 17 jilid besar.

Membuat prolog tentang studi Alquran sebelum menulis tafsir Alquran merupakan kebiasaan para ulama sejak dahulu. Hal ini dapat diperhatikan dalam mukadimahmukadimah kitab tafsir Alquran. Hampir dalam semua mukadimah kitab tafsir pasti memuat pembahasan tentang studi Alquran meskipun hanya beberapa dan tidak secara komprehensif sebagaimana Al-Itqan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement