REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Ahmad Haikal Hasan menyatakan pada pekan ini pihaknya berencana mengunjungi pabrik di China yang memproduksi nampan makanan yang digunakan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Ia menyampaikan upaya tersebut dilakukan untuk memeriksa kesesuaian prosedur produksi peralatan makan tersebut dengan prinsip halal, mengingat adanya isu kontaminasi minyak babi pada produk tersebut.
“Mudah-mudahan dalam minggu ini kami akan berangkat ke China karena kami tidak melayani (komentar berdasarkan) isu, tidak melayani (komentar berdasarkan) berita-berita yang hoaks. Kami harus menyaksikan lebih dulu (proses produksinya). Kami harus audit lebih dulu semuanya,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Senin.
Haikal mengakui bahwa sebagian nampan makanan yang digunakan dalam program MBG diimpor dari China, karena produsen lokal tidak mampu memenuhi kekurangan 70 juta nampan.
Meskipun demikian, ia memastikan pihaknya berkomitmen untuk memaksimalkan penggunaan produk-produk dalam negeri.
“Karena kan kebutuhan lokal ini tidak sanggup memenuhi, sehingga sebagian impor. Kami memang sama (dengan kementerian dan lembaga lainnya), sepakat (dengan slogan) ‘Cintailah produk-produk Indonesia’, itu sepakat. Namun, kalau ternyata kebutuhannya belum memenuhi, dengan sangat terpaksa juga impor,” kata Haikal Hasan pula.
Sebelumnya, beredar di media sosial laporan dari Indonesia Business Post yang melakukan investigasi di wilayah Chaoshan, bagian timur Provinsi Guangdong, China, yang diduga merupakan importir ompreng untuk program MBG di Indonesia.
Dalam laporan tersebut tim Indonesia Business Post melaporkan penemuan 30-40 pabrik yang memproduksi ompreng makanan untuk pasar global, termasuk salah satunya diduga untuk program MBG di Indonesia.
Laporan tersebut mengklaim penemuan dugaan praktik pemalsuan label "Made in Indonesia" dan logo SNI pada ompreng yang sebenarnya diproduksi di China, penggunaan ompreng tipe 201 yang diduga mengandung mangan (logam berwarna putih keabu-abuan) yang tinggi dan tidak cocok untuk makanan asam.
Selain itu, ditemukan indikasi adanya penggunaan minyak babi atau lard dalam ompreng yang diproduksi.