Rabu 01 Feb 2017 06:52 WIB

PBNU: Kesenjangan dan Radikalisme Jadi Tantangan di Indonesia

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Panglima TNI, Kapolri dan Ketua DPR RI hadir pada peringatan Hari Kelahiran ke-91 Nahdlatul Ulama (Harlah NU) di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Selasa(31/1).
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Panglima TNI, Kapolri dan Ketua DPR RI hadir pada peringatan Hari Kelahiran ke-91 Nahdlatul Ulama (Harlah NU) di Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jakarta, Selasa(31/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini, menekankan Indonesia miliki dua tantangan besar yang telah menanti. Dua tantangan itu yaitu kesenjangan sosial di dalam dan radikalisme secara global.

"Karenanya, NU akan terus meningkatkan kualitas hidup masyarakat, terutama warga NU," kata Helmy kepada Republika.co.id, Selasa (31/1).

Ia menuturkan, kesehatan menjadi salah satu fokus yang sedang dikejar, dan itu diwujudkan dengan banyak membangun rumah sakit. Selain itu, NU akan terus meningkatkan layanan kesehatan, karena selama ini terbilang masih sangat kurang.

Said Aqil Tegaskan NU Antiradikalisme

NU, lanjut Helmy, akan pula mendorong kualitas sumber daya manusia yang ada di masyarakat, terutama warga NU atau Nahdliyin. Sedangkan, secara global, ia merasa radikalisme menjadi tantangan yang cukup lantang menghadang.

"Sebab, empat persen jumlah penduduk dikatakan sudah bersepaham dengan paham-paham radikalisme, seperti ISIS dan sebagainya," ujar Helmy.

Untuk itu, ia menegaskan, NU akan terus mendorong pendidikan dengan selalu memberikan edukasi, acaman nyata yang ada di radikalisme. Menurut Helmy, toleransi akan selalu dikedepankan NU, demi menghadapi ancaman radikalisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement