Sabtu 10 Dec 2016 17:00 WIB

Kompak Bantu Muslim Rohingya

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
Rohingya
Foto:
Polisi Myanmar patroli di sepanjang pagar perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh di Maungdaw, negara bagian Rakhine, Myanmar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  --  Relawan lain yang pernah berpartisipasi dalam aksi kemanusiaan membantu Muslim Rohingya adalah Senior Manager Disaster Emergency and Relief Management (DERM) Aksi Cepat Tanggap (ACT), Yusnirsyah Sirin. Sejak 2013 hingga 2015, Yusnirsyah telah empat kali melakukan perjalanan ke berbagai daerah di Myanmar untuk menyalurkan bantuan kepada Muslim Rohingya.

Yusnirsyah juga menyambangi Sittwe. Hanya, dia masuk ke kamp pengungisan tidak menggunakan jalur yang formal melainkan jalur alternatif. Dia memilih jalur alternatif untuk menghindari adangan aparat.  Jangan sampai, kata dia, tentara Myanmar menyita logistik yang akan disalurkan kepada para pengungsi. 

"Walaupun sudah empat kali ke sana, tapi saya tidak pernah bertemu atau diadang oleh aparat atau militer Myanmar," ujarnya kepada Republika, Ahad (4/12).

Dia mengungkapkan, material utama yang dibutuhkan untuk membangun kamp adalah bambu yang dibeli dari warga di sana. Bambu tersebut akan digunakan untuk membangun kamp pengungsian yang lebih layak bagi mereka. Setelah rumah-rumahnya dibakar dan menjadi kaum terusir, dia menjelaskan, kebutuhan paling utama untuk para pengungsi adalah tempat bernaung sementara.

Empat kali menyambangi Myanmar, kata dia, kondisi Muslim Rohingya tidak banyak berubah. Mereka hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Menurut dia, krisis kemanusiaan yang dialami Muslim Rohingya memang tidak bisa dibatasi hanya kepada etnis Rohingya.

Dia menjelaskan, ada juga warga Myanmar yang bukan berasal dari suku Rohingya, tetapi beragama Islam. Faktanya, mereka pun hidup dalam kamp. "Ternyata ada warga yang bukan Rohingya, tapi agamanya adalah Islam, dan mereka hidup dalam kamp. Jadi, menurut saya ini bukan hanya masalah Rohingya semata, tapi masalah warga Islam yang ditindas," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement