Sabtu 10 Dec 2016 16:30 WIB

ACT: Anak-Anak Korban Konflik Suriah Memanggil Kami Abi

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
Kehancuran di Aleppo, Suriah.
Foto: AP Photo/Aleppo Media Center AMC
Kehancuran di Aleppo, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korban warga sipil memang terus berjatuhan dari perang yang terjadi di Suriah. Korban perang itu termasuk anak-anak yang menjadi yatim-piatu lantaran kehilangan orang tuanya. Inilah yang ditemui oleh Senior Vice President Aksi Cepat Tanggap (ACT) Syuhelmaidi Sukur saat menjadi relawan ke Suriah pada pertengahan tahun ini.

Pada saat itu tim dari ACT memang tidak diperbolehkan masuk ke dalam Suriah lantaran faktor keamanan. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat lembaga kemanusiaan asal Indonesia itu untuk memberikan bantuan kepada korban perang Suriah. Selain memberikan bantuan kepada korban perang Suriah di pos pengungsian, tepatnya di Reyhanli, perbatasan Turki-Suriah, bantuan juga dikirimkan ke kota-kota di Suriah, seperti di Aleppo dan Idlib.

Bantuan tidak hanya berupa bahan pangan dan logistik, tapi juga 10 unit ambulans. Dalam penyebaran bantuan tersebut, ACT bekerja sama dengan organisasi lokal. Meski sejumlah titik pos pengungsian kondisinya sudah cukup bagus, ada beberapa pos pengungsian yang kurang memadai, seperti di sekitar wilayah Merzhin. Rata-rata, para pengungsi yang berada di sini adalah para warga Suriah yang berniat hijrah ke Eropa melalui jalur laut.

Syuhelmaidi pun masih ingat betul bagaimana antusiasme anak-anak Suriah saat mendapatkan bantuan dan kedatangan para relawan. ''Khususnya, anak-anak yatim, terasa betul, ketika saya di sana, mereka betul-betul kehilangan orang tua. Mereka masih membutuhkan sosok atau figur orang tua. Begitu kami datang, anak-anak itu langsung memanggil abi atau ayah. Jadi, bukan hanya bantuan yang penting, tapi kehadiran orang tua atau sosok juga penting buat mereka,'' tuturnya saat dihubungi Republika.

Secara umum, anak-anak korban perang tersebut berusia dari tiga tahun hingga sekitar sepuluh tahun atau usia anak-anak sekolah dasar. Untuk itu, ACT berniat membangun shelter untuk anak yatim di pos pengungsian di Reyhanli tersebut. ''Lahan sudah ada, dan kami akan terus memantau terus perkembangannya di sana,'' kata dia.

Dalam waktu dekat, ACT berencana memberikan bantuan berupa menghidupkan kembali pabrik roti yang dapat berproduksi setidaknya delapan ribu sampai 10 ribu roti tiap hari. Pabrik roti itu sempat berhenti beroperasi lantaran perang. Dengan beroperasinya pabrik roti itu, ACT pun berharap, pasokan makanan untuk para pengungsi dapat terus terjamin. ''Jadi kalau bantuan untuk Suriah, insya Allah, kami bisa bantu terus secara berkala kepada mereka,'' tambah dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement