REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari generasi ke generasi, kisah-kisah mengenai Nasruddin selalu diceritakan. Kisah Nasruddin juga mengalami modifikasi, cerita-cerita baru tentangnya ditambahkan, karakter-karakter orangnya juga ditambahkan, hingga kisahnya menyebar ke daerah-daerah lain.
Cerita-ceritanya selalu menjadi bagian dari cerita rakyat sejumlah negara, yang mengekspresikan imajinasi nasional dari berbagai budaya. Meski sebagian besar masyarakat menggambarkan latar belakang Nasruddin pada masa tertentu, konsep kisahnya tak terbatasi waktu.
(Baca: Siapakah Sosok Nasrudin Khoja?)
Dalam konteks ini, bisa diklaim bahwa mayoritas cerita yang didistribusikan kepada Nasruddin, dapat dengan mudah dikategorikan sebagai sebuah produk humor komunal. Bagi masyarakat Turki, Nasruddin merupakan bagian yang tak terpisahkan.
Saat nama Nasruddin disebutkan, mereka akan tergelak. Mereka tak peduli kisah tentang Nasruddin itu telah berulang-ulang didengar dan membosankan. Pada intinya, setiap kisah jenaka akan mengingatkan mereka pada Nasruddin yang memiliki selera humor yang tinggi.
Bahkan, kisah Nasruddin dikenal pula di seluruh Timur Tengah dan telah membudaya. Kebanyakan kisah Nasruddin diceritakan sebagai lelucon atau anekdot. Kisah-kisahnya diceritakan secara terus-menerus di rumah-rumah, kedai kopi, ataupun radio.
Mereka biasanya bercerita tentang Nasruddin pada waktu senggang dan santai. Sebab, kisah Nasruddin sendiri selalu bisa dimengerti oleh berbagai tingkatan masyarakat. Ceritanya sederhana dan leluconnya juga sarat dengan ajaran moral yang baik.
Di sisi lain, kisah jenaka Nasruddin mengungkapkan kepribadiannya yang suka menyindir. Dia memang digambarkan sebagai seseorang yang tak memiliki rasa takut untuk melawan penguasa yang jahat dan paling lalim saat berkuasa.
Menurut laman Muslimheritage, Nasruddin merupakan karakter tokoh secara simbolik Timur Tengah yang sarkastis, ironis, dan jenaka. Dia merupakan simbol bagi perasaan orang-orang yang memberontak dan melawan dinasti-dinasti, yang pernah menguasai bagian dunia mereka.
Latar belakang kisah-kisah Nasruddin juga mewakili sikap kritis terhadap moral sosial yang dominan, serta digunakan orang-orang untuk mencari dan meraih kepentingannya sendiri secara egois tanpa memperhatikan prinsip-prinsip sikap baik.