Ahad 04 Sep 2016 10:39 WIB

LIPIA Buka Tiga Cabang Baru di Indonesia

Rep: Ratna Ajeng Tejomukti/ Red: Damanhuri Zuhri
  Direktur Akademi Luar Negeri, Universitas Imam Muhammad bin Sa'ud, Syekh Dr. Abdullah As-Sulamy (kiri) menjawab pertanyaan media saat melakukan kunjungan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta, Jumat (2/9).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Direktur Akademi Luar Negeri, Universitas Imam Muhammad bin Sa'ud, Syekh Dr. Abdullah As-Sulamy (kiri) menjawab pertanyaan media saat melakukan kunjungan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta, Jumat (2/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -– Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) berencana untuk membuka tiga cabang baru di Indonesia. Pembangunan ketiga cabang ini telah disetujui oleh Pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi.

Direktur Akademi Luar Negeri Universitas Imam Muhammad bin Sa’ud, Abdullah As Sulamy mengatakan tiga kampus baru cabang dari LIPIA ini akan dibangun di Medan, Surabaya dan Makassar.

“Arab Saudi telah lama bekerja sama dengan Indonesia, khusus untuk pendidikan dan kebudayaan, kami terus kembangkan sayap di Indonesia dengan tiga kampus baru ini,” jelas dia dalam konferensi Pers, Jumat (2/9).

As Sulamy mengatakan pendirian tiga kampus baru ini merupakan permintaan dari pemerintah Indonesia di masa Abdurrahma Wahid. Kemudian antar kedua negara terus melanjutkan proses rencana ini melalui korespondensi.

Kemudian, di masa Surya Darma Ali sebagai Menteri Agama, Arab Saudi dan Indonesia membuat nota kesepahaman pembangunan tiga cabang baru dari LIPIA. Penentuan lokasi cabang LIPIA ini pun bukan atas permintaan Arab Saudi, tetapi Kementrian Agama.

As Sulamy mengaku proses perizinan tiga cabang baru ini melalui waktu yang lama dan banyak lembaga negara yang ikut serta di dalamnya. Ada tujuh lembaga yang harus dimintai persetujuan untuk membangun kampus cabang dari LIPIA ini.

“Kami harus berbicara dengan Presiden, Kementrian Sekretariat Negara, Kementrian Agama, Kementrian Pendidikan, Kementrian Luar Negeri, Badan Intelejen Negara dan juga Badan Pertanahan Nasional,” tutur dia. BIN turun tangan karena khawatir kecurigaan adanya propaganda Arab Saudi di Indonesia melalui ajaran wahabi.

“Kami ingin memberikan pemahaman masyarakat mengenai kronologi pembangunan sekolah untuk pendidikan anak-anak di Indonesia bahwa kecurigaan propaganda tidaklah tepat, Arab Saudi tidak hanya membantu Indonesia dalam bidang pendidikan tetapi juga lembaga sosial, tetapi anehnya hanya lembaga pendidikan saja dicurigai tetapi bantuan untuk lembaga sosial tidak dicurigai,” jelas dia.

As Sulamy berharap antar kedua negara tidak ada saling menaruh curiga, sehingga dapat terus menjaga harmoni kerja sama antara Indonesia dan Arab Saudi.  Terkait masalah kurikulum, kurikulum yang diajarkan oleh pengajar di LIPIA seluruhnya sesuai dengan Alquran dan Sunnah.

“Ketika ada orang menuduh, bahwa pengajaran kami melenceng dari Alquran dan Sunnah, maka tolong tunjukkan, ajaran mana yang tidak sesuai, mari kita bertatap muka untuk mendiskusikannya,” ujar dia menegaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement