Jumat 02 Sep 2016 17:19 WIB

Maria Clara Castellar: Islam adalah Takdirku

Rep: c70/ Red: Agung Sasongko
Mualaf tengah berdoa (ilustrasi)
Foto:
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 25 Februari 2013, Castellar memulai kelas barunya di Kaplan International College, Irvine, Amerika Serikat. Di sana, ia bertemu banyak pelajar Muslim dan non-Muslim.

Dalam sebuah kesempatan pada akhir pekan, ia pergi ke sebuah kota di California, dekat dengan Huntington Beach, hanya sekadar untuk menikmati liburan akhir pekan.

Di sebuah pasar, Castellar melihat empat Muslim tengah berdakwah. Mereka menyebarkan informasi berupa buku dan selebaran ihwal Islam. “Saya percaya bahwa itu merupakan tanda dari Allah,” ujar Castellar.

Sebenarnya, tebersit di benaknya, tak ingin belajar Islam lagi di Irvine. Sampai akhirnya Catellar bertemu dengan seseorang yang cantik yang membuatnya kembali antusias dengan Islam. Wanita itu mengajari beragam hal baru tentang Islam. Akhirnya, magnet hidayah itu begitu kuat.

Tanggal 28 Mei 2013, Castellar benar-benar kembali belajar Islam. Setelah beberapa hari ia berdiskusi dengan wanita tersebut, Castellar mengatakan dirinya yakin untuk mengucap dua kalimat syahadat. Wanita itu dan suaminya membawa Castellar ke sebuah masjid.

Dengan bimbingan keluarga Muslim tersebut, Castellar berikrar syahadat. “Ia dan suaminya mengucapkan selamat kepadaku. Kami merayakan dengan beberapa makanan Arab,” katanya mengenang momentum itu.

Sesampainya di rumah, Castellar mengambil mandi panjang. Ia menangis karena dirinya tahu hidupnya telah berubah. Ia sadar, Tuhan membawanya ke Irvine karena takdir.

Castellar merasa bersalah karena sejak awal tidak percaya pada takdir yang digariskan oleh-Nya. Tuhan memberinya kesempatan merasa hidup lagi, merasa dilahirkan dan benar-benar lahir kembali.

 

Sang ibu pun menjadi orang yang pertama mendapat kabar keislamannya itu.  Keputusannya tersebut didukung sepenuhnya oleh sang ibu. Awalnya, Castellar tidak memahami ucapan selamat yang diberikan ibunya. Namun, akhirnya ia mengerti ibunya senang kalau Castellar menemukan Tuhan dalam hatinya.     

Ia pun merasa sangat bahagia dengan kehidupan barunya. Keluarga yang mendukungnya, saudara-saudara baru, dan Islam telah melengkapi kehidupan Castellar.

Castellar sekarang adalah Muslimah. Tidak peduli apa yang orang katakan tentang keputusannya itu. Dan yang paling penting baginya, ia memiliki Tuhan dalam hati. Islam bukanlah agama teroris. Bukan pula sesuatu yang buruk. Islam merupakan agamanya dan risalah Allah SWT yang suci.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement