Senin 04 Apr 2016 17:45 WIB

Bertemu Keluarga Siyono: Kebaikan Selalu Menemukan Jalannya...!

Setyardi baju putih bertemu dengan keluarga almarhum Siyono, di Klaten (4/4).
Foto: setyardi
Setyardi baju putih bertemu dengan keluarga almarhum Siyono, di Klaten (4/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- "Kebaikan bagaikan air, selalu menemukan jalannya." Beginilah pernyataan mantan wartawan yang kini menjadi penguasaha perumahan, Setiyardi, setelah mengunjungi rumah Siyono, warga Dukuh Brengkungan Desa Pogung Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten.

Berbekal pengalaman yang panjang menggeluti berbagai liputan kasus konflik, Setyardi tentu saja dapat dengan mudah menemui keluarga almarhum Siyono yang belakangan menjadi pusat perhatian publik.

"Alhamdulillah. Memang ya tak sesukar menemui komandan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh sewaktu liputan dulu," kata Setyardi terkekeh ketika dihubungi Republika.co.id.

Dahulu, dalam beberapa kesempatan liputan, Setyardi kerapkali harus bersinggungan dengan situasi yang bahaya. Tak cuma diancam dilukai atau dibunuh, dalam sebuah liputan di Lhokseumawe, Aceh Utara, Setyardi pernah digampar anggota GAM saat dia memaksa masuk ke dalam markas mereka.

Tapi itu pun tak membuatnya jera. Bahkan di beberapa hari kemudian Setyardi berhasil menerobos ke dalam rumah sakit di Lhokseumawe usai penyerbuan markas salah satu Komandag GAM, Ahmad Kandang. Saat itu dia tak jeri dengan pagar betis tentara atau juga ratusan orang yang ramai-ramai mengerang kesakitan ketika mendapatkan perawatan sesuainya penyerbuan.

Nah, kini setelah melepaskan pena, Setyardi datang ke rumah Siyono sebagai 'orang swasta' biasa. Namun karena dia sudah terbiasa menulis liputan usai bertemu dengan 'sumber berita penting', yakni ketika menemui keluarga Siyono, maka tangannya pun gatal untuk menolehkan catatannya yang dia sebarkan ke media sosial. Ia ceritakan pengalaman mata dan batinnya ketika berada di tempat tinggal seorang Muslim yang sederhana itu.

Setyardi mengaku 'tersengat' kepeduliannya ketika pihak kepala desa Pogung dengan mengatasnamakan warga mengatakan akan mengusir Suratmi (istri Siyono) dari kampungnya bila tetap ngotot meminta autopsi jenazah suaminya. Diancam seperti itu ternyata nyali Suratmi tidak berubah mengkeret.

Dia balik mengatakan, "Saya ini sedang mencari keadilan dan titip kepada Muhammadiyah. Kalau dalam usaha mencari keadilan ini saya harus terusir, bumi Allah itu luas (untuk kami)," kata Suratmi seperti ditirukan Ketua Umum PP Pemuda Muhamadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak.

Bertolak dari titik itulah, lantas Setyardi berniat memberikan salah satu rumah yang ada di kompleks usahaya secara cuma-cuma kepada Suratmi bila ia benar diusir dari kampung. Bahkan Setyardi akan mencarikan rumah di Klaten, atau di manapun, sesuai kehendak Suratmi.

"Sayangnya, ya saya kini warga biasa, bukan wartawan lagi. Jadi tak bisa ke mana-mana, hanya fokus di rumah almarhum saja. Tapi ketika saya bertemu dengan warga desa itu, tak ada kesan penolakan seperti yang diancamkan kepala desa. Namun yang pasti anak-anak Siyono masih mengalami trauma yang serius. Mereka tegang setiap kali ketemu orang asing," katanya.

Dan berikut ini kisahnya!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement