Senin 21 Mar 2016 17:17 WIB

Abdullah Delancey: Hari Terbaik Saya Memeluk Islam

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi).
Foto:
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).

Rasa ingin tahu Delancey tentang Islam semakin bertambah seiring waktu. Ia akhirnya memutuskan mendatangi masjid yang tak jauh dari tempat tinggalnya. Ia mengajak serta anak dan istrinya.

Delancey sempat merasa gugup menuju masjid. Pertanyaan bergelayut dalam benaknya, apakah ia akan mendapat izin memasuki tempat ibadah umat Islam itu, apalagi ia bukan Muslim dan tidak pula keturunan Arab.

Betapa kaget dan terharu. Kekhawatirannya tak terbukti. Ia disambut hangat oleh imam dan Muslim yang berada di masjid. "Saya takjub, Muslim ramah tak seperti gambaran buruk berita selama ini," tuturnya.

Imam masjid memberi Delancey sebuah buku dan meyakinkannya bahwa ia dapat menjadi seorang Muslim.

Delancey mengaku senang dengan pemberian tersebut. Ini artinya koleksi bukunya akan bertambah.

Koleksi bukunya itu semakin membuka cakrawala dan kesadarannya, ihwal hakikat agama yang ia yakini dulu, terutama konsepsi ketuhanan yang sulit dicerna.

Akhirnya, ia jatuh cinta dengan Islam dan membaca dua kalimat syahadat pada 24 Maret 2006. Ia masih ingat dengan momentum bersejarah itu, tepat sebelum shalat Jumat, disaksikan ratusan pasang mata yang hadir ketika itu.

"Ini adalah hari terbaik dalam hidup saya. Saya mencintai Islam dan memiliki ketenangan sekarang," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement