Selasa 02 Feb 2016 14:43 WIB

Diludahi karena Bersyahadat, Eduard Hanya Tersenyum Seperti Rasulullah

Rep: Marniati/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi).
Foto:
Dua Kalimat Syahadat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Namun, Allahlah pemilih hati yang sesungguhnya. Pernikahan anak perempuan Eduard pada 2012 merupakan titik balik yang akan mengubah jalan hidupnya kembali. Hatinya bergejolak. Ia terhalang sebagai wali dalam pernikahan putrinya. Ia terdiam terpana menyaksikan saja.

   

Pada saat yang bersamaan, ia tengah dirundung masalah berat yang memicu frustasi. Ia sempat berkonsultasi dengan seorang romo atas rintangan hidup yang ia alami itu. Akan tetapi, jalan keluar tak kunjung ia temukan. Frustasinya pun semakin menguat.

 

Di sinilah Eduard merenung dan bermuhasabah. Hingga akhirnya, enam bulan setelah pernikahan putrinya, kakek satu cucu ini memutuskan berikrar syahadat dan pulang ke hadirat Islam. Tak disangka, permasalahan yang ia rasa begitu berat langsung terselesaikan.

"Allah membiarkan saya 17 tahun di Islam dan 12 tahun di Katolik kembali Islam lagi. Artinya, memberi pelajaran bahwa saya masuk Islam tidak ada ruhnya. Jadi, hanya status. Hanya menikah tok. Untuk itu, harus dirasakan dengan hati," katanya.

Setelah memeluk Islam, gurunya meminta agar ia benar-benar memahami makna dari dua kalimat syahadat. Ia membutuhkan waktu sekitar enam pekan untuk memahami maknanya. "Saya akan mempertahankan anugerah Islam yang Allah berikan kepada saya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement