REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian jamaah mulai menangis. Para ibu tetap berdoa walau sembari menggendong anaknya yang tertidur di antara lantunan tahlil dan istighfar. Mereka menengadahkan doa memohon ampun kepada Allah SWT.
"Siapa di sini yang ingin masuk surga?" Ustaz Arifin mengajak para jamaah mengangkat tangannya ke atas. Seruan ini disambut oleh ribuan jamaah yang hadir.
Tak jauh dari lokasi Zikir Nasional, kembang api mulai berdentum beberapa kali. Bunyi terompet tahun baru samar-samar terdengar.
Jalanan padat dengan kendaraan hingga tak mampu melanjutkan gerak. Ojek online yang biasanya beroperasi sepanjang hari enggan mengantarkan pelanggan karena macetnya jalanan ibu kota.
Para jamaah di Masjid at-Tin memilih khusyuk dengan muhasabah dan pertobatan diri. Mereka berjanji untuk selalu memperbaiki diri dan membaca istighfar minimum 100 kali setiap hari. Mereka berdoa untuk kehidupan yang lebih baik di tahun mendatang.
Walau Zikir Nasional Republika telah usai, para jamaah masih setia duduk di ruang-ruang hening mereka masing-masing. Sebagian membaca Alquran, mendirikan shalat malam, sebagian lagi tertidur kelelahan.
Keramaian ini masih tampak hingga pagi hari. Para jamaah shalat Shubuh masih penuh. Selasar dan serambi masjid masih ramai. Tak terasa tahun 2015 telah meninggalkan begitu banyak kenangan dan pelajaran.