JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta bangsa Indonesia bersatu menghadapi tantangan toleransi beragama. PBNU mengecewakan, sejumlah tragedi konflik keagamaan yang terjadi sepanjang 2015.
"Bangsa Indonesia, apa pun agamanya, apa pun sukunya, apa pun partai politiknya, apa pun alirannya harus bersatu memasuki era globalisasi ini," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam acara refleksi, pemberian pesan moral kebangsaan, dan catatan akhir tahun di Kantor PBNU Jakarta, Rabu (23/12).
Said menjelaskan, terdapat tiga hajat hidup utama yang semestinya dijamin oleh negara. Tiga hal itu, yakni nyawa, harta, dan martabat.
Keamanan, kata Said, merupakan hal yang wajib dirasakan oleh rakyat. Dalam pidato bertajuk "Anak Ayam tak Boleh Kehilangan Induknya", Said meminta instrumen negara memberikan rasa aman dari segala ancaman dan teror yang justru kian merebak. "Terorisme hari ini bisa terjadi kapan, di mana, oleh, dan kepada siapa saja," ujarnya.
Menurut Said, negara memiliki pekerjaan rumah besar untuk lebih intens dalam melakukan deradikalisasi dan upaya peredaman teror lainnya. "Tanpa usaha itu, berarti negara sudah tidak hadir di kehidupan rakyatnya," ujar Said.