Senin 23 Nov 2015 20:04 WIB

Persis: Betapa Sulitnya Berdakwah di Akhir Zaman

Rep: c35/ Red: Agung Sasongko
Menter Agama RI Lukman Hakim Saifudin (kanan) berbincang dengan Ketua Umum Persis yang beru untuk periode 2015-2020 KH Aceng Zakaria, pada acara penutupan Muktamar Persis ke XV di Jakarta, Senin (23/11).
Foto: Republika/Darmawan
Menter Agama RI Lukman Hakim Saifudin (kanan) berbincang dengan Ketua Umum Persis yang beru untuk periode 2015-2020 KH Aceng Zakaria, pada acara penutupan Muktamar Persis ke XV di Jakarta, Senin (23/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Persis periode 2016-2020 Aceng Zakaria menegaskan fokus jihad Persis ke depan yakni bidang dakwah dan tarbiyah. Titik beratnya peningkatan kualitas pesantren dan juga pembangunan perguruan tinggi.

Ustaz Aceng menjelaskan pesantren-pesantren Persis meluluskan sekitar tiga ribu mualimin. Namun Persis masih kekurangan perguruan tinggi guna menampung para mualimin.

Padahal dakwah saat ini membutuhkan da'i yang cerdas dan berkompeten, karena dakwah merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Kemudian ustaz Aceng menganalogikannya dengan sebuah anekdot.

Ada orang tua yang menyekolahkan anaknya yang satu di Eropa jurusan kedokteran dan satu lagi disekolahkan di Mesir sebagai da'i. Lalu ketika keduanya sudah menyelesaikan studinya dan kembali ke Tanah Air, pada suatu hari sang ayah sakit dan langsung diobati oleh anak pertamanya.

(Baca Juga: Aceng Zakaria Ketua Umum Persis Terpilih)

Setelah sembuh si ayah berpikir bahwa tidak sia-sia menyekolahkan anaknya hingga ke Eropa. Tidak puas dengan itu, si ayah kemudian memanggil anak keduanya.

"Kakakmu telah berhasil mengobati ayah dari sakit, sekarang apa hasil sekolahmu jauh-jauh ke Mesir?," tanya sang ayah. Lalu si anak berkata, "Ayah kan sudah memiliki cukup banyak rezeki, jadi sebaiknya ayah membayar zakat dan menginfakkan sebagian rezekinya kepada yang berhak."

Saat itu pula, sang ayah murka karena merasa sia-sia telah menyekolahkan anaknya jauh-jauh ke Mesir. Akhirnya si anak kedua mengajak bicara kakaknya dan mengadukan sikap ayahnya tersebut. Keduanya sepakat membius ayahnya dan membawa ke tempat gelap, dan mereka berlaku seolah-olah menjadi malaikat Munkar dan Nakir.

"Man robbuka," kata mereka, kemudian pada saat itu pula sang ayah meminta untuk dikembalikan ke dunia untuk bertaubat. Barulah mereka membius ayah mereka kembali dan membawa ayah mereka ke tempat semula.

Ketika ayah mereka sadar, sang ayah lalu berkata kepada anaknya bahwa dia bersedia membayar zakat dan bersedekah. Kisah tersebut menandakan betapa sulitnya berdakwah di akhir zaman seperti ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement