Ahad 08 Nov 2015 15:56 WIB

Jejak Pendirian Gereja di Jawa

Rep: muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
Kraton Yogyakarta.

Alhasil, belajar dari pengalaman pendirian rumah ibadah di Jawa, maka pendirian gereja dan masjid selelau terkait dengan soal-soal kekuasaan atau politik. Di ibu Yogyakarta misalnya pendirian ‘masjid baru’ yang representatif  muncul setelah datangnya era kemerdekaan, yakni dengan berdirinya Masjid Syuhada di bilangan wilayah Kota Baru dan pinggir Kali Code itu. Masjid ini didirikan untuk mengenang perjuangan rakyat pada peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.

Jadi selama masa penjajahan bahkan hingga akhir perang kemerdekaan (dari tahun 1830-1949 ), hampir-hampir tak ada bangunan masjid baru yang berdiri. Meski Snocuk Hurgronye menasihatkan kepada pemerintah Belanda  agar tidak ‘memusuhi Islam bila hanya sekedar ekspresi ibadah’, pada kenyatannya pendirian tempat ibadah bagi kaum Muslim semasa era kolonial nyaris tidak ada.

Yang terjadi malah begitu banyak atau maraknya pendirian gereja. Bila di kawasan Kota Baru Yogyakarya pasca kemerdekaan kemudian bisa berdiri satu masjid, yakni Masjid Syuhada, maka di kawasan itu sudah terlebih dahulu berdiri beberapa  gereja, serta berbagai bangunan yang diperuntukan untuk tempat ibadah dan kantor misi penyebaran agama Kristen.

Hal yang sama juga terjadi di Jakarta, di mana masjid baru yang representatif baru muncul setelah 30 tahun kemudian, yakni dengan berdirinya Masjid Istiqlal. Sebelum itu, yakni masa sebelum kemerdekaan tak ada pendirian masjid baru yang semegah itu. Bangunan tempat ibadah yang mentereng hanyalah gereja.

Akhirnya marilah semua pihak berlaku adil semenjak dari pikiran. Jangan berperilaku seperti nasihat orang Minangkabau: Tiba di perut dikempiskan, tiba di mata dipicingkan!

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement