Ahad 08 Nov 2015 15:56 WIB

Jejak Pendirian Gereja di Jawa

Rep: muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
Kraton Yogyakarta.
Kraton Yogyakarta.

Luka akibat Perang Salib terbawa hingga ke Nusantara. Ini tampak jelas ketika menyimak catatan perjalanan para pengelana Portugis ketika menjejakan kakinya pertama kali di pulau rempah Maluku. Para pelaut yang sebagian diantara mereka adalah penyebar agama Kristen kaget, karena mereka menjumpai para haji yang berasal dari Makkah berada dan hidup bersama masyarakat yang ada di tempat yang terpencil itu. Atas situasi ini, bila menyimak berbagai peperangan yang kemudian berkobar di wilayah itu, ada yang menyebut ‘perang salib’ berlanjut di kawasan Maluku.

 Lalu bagaimana suasana persaingan penyebaran dua agama itu di Jawa? Situasinya tak jauh berbeda. Baku hantam antara dua kelompok penganut agama ini muncul secara nyata, misalnya dalam penaklukan Batavia oleh Fatahillah atau penyerbuan Pati Unus ke Malaka pada 1511. Pada penyerbuan Jakarta pasukan santri menang. Namun, pada penyerbuan Pati Unus yang membawa ribuan kapal ke Malaka ganti pasukan santri mengalami kekalahan.

 

Dan, ketegangan hubungan dua penganut agama ini terus berlanjut hingga zaman Dinasti Mataram. Kedua kelompok jatuh bangun, menang dan kalah. Namun, Islam yang lebih dahulu masuk je Jawa lebih banyak berada dalam posisi bertahan ketika menghadapi penetrasi kekuatan Kristen yang terus merangsek bersamaan dengan makin solidnya kekuatan penjajah barat di Jawa yang kemudian menjadi ‘pusat’ koloni’ yang disebut Hindia Belanda.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement