REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Pondok pesantren (ponpes) untuk laki-laki di dinilai memerlukan edukasi tentang kesehatan reproduksi (kespro).
“Ponpes laki-laki sering terjadi sempet-menyempet (hubungan antarlelaki) dan yang menjadi korban biasanya junior yang mempunyai tampang lumayan dan pelakunya biasanya senior,’’ ungkap Wakil Ketua Bidang Pendidikan Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU) Yogyakarta Muhammad Zaim, Rabu (28/10).
Menurut dia, korban sempetan biasanya termarginalkan dan pelakunya bila sudah keluar dari ponpes biasanya belum sembuh karena ada unsur biologis. Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini kemudian menegaskan bahwa pengetahuan reproduksi akan menyelamatkan generasi santri dari kemudharatan.
Koordinator Wilayah Institut Hak Asasi Perempuan Febriyanti Putri Katulistiwa mengakui, selama ini persoalan yang muncul dari semua remaja adalah karena masih minimnya pendidikan kespro yang benar yang diperoleh remaja.
Apalagi, kata dia menambahkan, potensi kekerasan seksual terjadi di mana-mana, tidak hanya di sekolah, rumah, pondok pesnatren, dan pelakunya justru orang dekat si korban karena sering berinteraksi dan tahu kondisi korban. Jadi, kata Putri, pendekatan untuk persoalan remaja ini harus melalui preventif, promotif, rehabilitatif, dan kuratif.
“Pemberian pendidikan kespro ini juga harus diintervensi melalui individu, akses konseling, klinik, keluarga. Yakni, bagaimana mengajak remaja terbuka dan paham benar tentang fungsi alat reproduksi,”tegasnya.
Di samping itu, kata Putri, masyarakat juga harus peduli dengan mendorongnya melalui sebuah kebijakan.