REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti apa kuatnya permusuhan Hindun semasa jahiliyah, cukuplah dengan mengingat peristiwa mutilasi jasad Hamzah, paman Nabi. Ia mencabik-cabik jantung Hamzah dengan penuh dendam. Tetapi, begitu masuk Islam, perempuan itu langsung memukul berhala miliknya di rumah dengan kapak hingga berkeping-keping.
"Dulu, kami terperdaya karenamu!" serunya marah.
Hindun binti Utbah telah bertobat. Ia masuk Islam pada masa penaklukan Makkah. Dari pencerca menjadi seorang pembela. Dari lawan menjadi seorang kawan setia. Seperti kata Nabi Muhammad, yang terbaik di antara kalian dalam jahiliyah, dialah yang terbaik di antara kalian dalam Islam.
Setelah lebih dari 20 tahun melancarkan permusuhan, tanpa diduga Allah membuka hatinya. "Aku ingin mengikuti Muhammad," kata Hindun.
"Kemarin kau tidak suka membicarakan persoalan ini," sahut Abu Sufyan.
"Demi Allah! Belum pernah aku melihat Allah disembah dengan sebenarnya di masjid ini sebelum malam tadi. Demi Allah! Mereka datang untuk shalat, berdiri, dan rukuk," kata Hindun lagi. Dengan waswas, perempuan itu datang ke hadapan Rasulullah mengenakan penutup kepala.
Ia begitu takut dikenali Rasulullah, setelah apa yang dia lakukan terhadap Hamzah bin Muthallib semasa Perang Uhud.
Namun, pintu tobat itu terbuka bagi seluruh penduduk Makkah. Tak ada dendam. Tak ada yang mengungkit peristiwa yang lalu. Rasulullah membebaskan semua penduduk Makkah, kecuali 13 orang yang telah ditetapkan.
Diriwayatkan Aisyah RA, Hindun datang kepada Nabi lalu berkata, "Wahai Rasulullah. Demi Allah, di muka bumi ini tidak ada seorang penghuni tenda pun yang lebih aku sukai agar dihinakan Allah melebihi pengikutmu. Tetapi, kali ini tidak ada seorang penghuni tenda pun yang lebih aku suka agar dimuliakan Allah melebihi pengikutmu." Hindun adalah realitas, betapa Allah tak pernah menutup pintu-Nya.