Sabtu 01 Aug 2015 15:25 WIB
Muktamar NU

Romahurmuziy: Pemaksaan Ahwa Menjauhkan Muktamar dari Muktamirin

Rep: c 93/ Red: Indah Wulandari
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) versi muktamar Surabaya, M. Romahurmuziy memberikan sambutan dalam acara HUT Partai PPP ke-42 di kantor DPC PPP, Cibinong, Bogor, Jabar, Kamis (12/3).
Foto: Antara/Jafkhairi
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) versi muktamar Surabaya, M. Romahurmuziy memberikan sambutan dalam acara HUT Partai PPP ke-42 di kantor DPC PPP, Cibinong, Bogor, Jabar, Kamis (12/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum DPP PPP Muhammad Romahurmuziy menilai, aspirasi mayoritas harus tetap menjadi forum tertinggi kedaulatan anggota.

 

“Pemaksaan konsep tertentu, apakah ahlul halli wal 'aqdi (ahwa) atau lainnya, hanya akan menjauhkan muktamar dari semangat kedaulatan muktamirin,” kata Romi pada siaran pers yang diterima Republika, Sabtu (1/8).

 

Romi menambahkan, pimpinan PBNU ke depan, hendaknya adalah figur yg mampu berdiri di atas dan untuk semua golongan. Khittah NU 1926 yang ditegaskan dalam Muktamar NU di Situbondo (1984) dan Lirboyo (2009) harus teguh dijadikan pedoman.

“Dengan besaran jumlah pengikut dan moderasinya, NU tidak sepatutnya direduksi menjadi hanya alat, bahkan onderbouw kekuatan politik atau golongan tertentu. Pemimpin NU  harus mampu meletakkan dirinya imparsial dalam menjawab tantangan global, bukan mereduksi diri pada kepentingan primordial, taktis, bahkan, partisan,” tambah Romi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement