Kamis 02 Jul 2015 16:05 WIB

NU Minta Sidang Isbat Kembali Digelar Terbuka

Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A Ghazalie Masroeri dalam konferensi pers terkait penetapan Idul Fitri di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (2/7).
Foto: pbnu
Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A Ghazalie Masroeri dalam konferensi pers terkait penetapan Idul Fitri di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (2/7).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Lajnah Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) meminta pemerintah Kementerian Agama kembali menggelar sidang isbat penentuan Idul Fitri atau tanggal 1 Syawal 1436 Hijriah nanti secara  terbuka. Ada lima argumentasi yang disampaikan.

“Pertama, sidang isbat itu merupakan syiar Islam di tengah masyarakat yang sedang hiruk pikuk,” kata Ketua Lajnah Falakiyah PBNU KH A Ghazalie Masroeri dalam konferensi pers terkait penetapan Idul Fitri di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (2/7).

Kedua, kata Kiai Ghazalie, sidang itsbat merupakan sarana silaturahim antarberbagai ormas dengan masyarakat luas yang menyaksikan sidang secara langsung dari layar televisi.

Sidang isbat yang dilakukan secara terbuka, ujarnya, diharapkan dapat memberikan pencerdasan kepada umat. Masyarakat memperoleh banyak pengetahuan tentang agama Islam, terutama terkait berbagai ketentuan mengenai penetapan awal bulan hijriah.

“Melalui sidang yang disiarkan secara langsung, masyarakat akan mendapatkan informasi secara cepat, tanpa menunggu lama. Yang terpenting, melalui sidang isbat terbuka yang diikuti semua ormas itu maka kemudian tidak ada lagi yang mengatakan, kami mengikuti ormas kami. Semua mengikuti pemerintah,” kata Kiai Ghazalie.

Pelaksanaan sidan isbat untuk penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal dan Dzulhijjah dilakukan secara terbuka selama kurang lebih 11 tahun, sejak era Menteri Agama Said Aqil Husein Almunawwar.

Sidang isbat dilakukan secara tertutup setahun belakangan oleh Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement