REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementrian Agama RI terus mengupayakan menyatukan kalender Hijriyah umat Islam.
Kalender Hijriyah tersebut diharapkan bukan saja menyatukan kalender Hijriyah di Indonesia, namun juga bisa menjadi pelopor untuk menyatukan kalender Islam di dunia.
“Kami sudah melakukan muzakarah di kantor Pimpinan Pusat Muhamadiyah di Yogyakarta,” ungkap Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat ditemui di acara milad Bayt Alqur’an dan Museum Itiqlal Rabu (6/5).
Hasil pertemuan Menag dengan PP Muhammadiyah di Yogyakarta yang juga dihadiri seluruh pemimpin PP Muhamadiyah, memiliki kesamaan tujuan cara pandang dan keinginan untuk menyatukan minimal dalam menetapkan awal Ramadhan, awal Syawwal dan awal Dzulhijjah.
Dari hasil pertemuan dengan PP Muhamadiyah, menag juga akan melakukan pertemuan dengan ormas Islam lainnya.
“Kami sudah melakukan muzakarah di kantor PP Muhamadiyah di Yogyakata. Beberapa hari ke depan juga akan dilakukan muzakarah tentang penyatuan kalender hijriyah muslim di PBNU.”
Diskusi muzakarah yang dicanangkan menag dengan seluruh ormas Islam merupakan upaya yang terus digalakkan untuk mencapai titik temu dalam menyatukan cara pandang untuk menetapkan persaman kalender hijriyah atau kalender Islam.
Menurut menag, ini juga merupakan semangat yang tidak hanya untuk menyatukan kalender Hijriyah namun juga kelender secara umum. Kalender yang secara global dimiliki bersama oleh seluruh umat muslim di dunia.
Menag berharap ini merupakan langkah awal dalam menyatukan kalender Hijriyah yang nantinya jika berhasil semoga bisa dijadikan pelopor untuk menyatukan kalender Islam di dunia. “Inilah yang sedang dirintis Menteri Agama,” katanya.