REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Sonia Fitri
Nasaruddin menambahkan, imam yang baik akan memunculkan semangat bermasyarakat, sekaligus mengeliminasi sikap individual yang sering kali menjauhkan masyarakat dari agama. Dengan shalat berjamaah, solidaritas sosial dapat senantiasa tejaga.
Ditanya soal strategi penerapannya, kata dia, kemenag akan memperkuat kerja sama dengan lembaga penghapal Alquran juga memperbanyaknya.
Langkah tersebut akan dilanjutkan oleh pejabat Kemenag seperti Ditjen Pendidikan Islam, untuk menerapkan program tersebut ke ranah madrasah maupun perguruan tinggi.
Lebih lanjut, mantan Rektor IIQ sekaligus Juri Tahfiz Internasional Ahsin Sakho menyambut baik program seribu tahfiz yang dicanangkan Kemenag. Sebab keberadaan hafiz, kata dia, penting untuk memperkuat kualitas iman dan islam semua warga negara.
Ia mengaku belum terlalu memahami langkah-langkah ril kemenag dalam mewujudkan program tersebut. Tapi, ia menyarankan agar Kemenag tidak hanya memperkuat kerja sama atau menambah lembaga pencetak penghapal Alquran saja.
"Kemenag misalnya, mestinya menggulirkan kebijakan agar kewajiban menghapal Alquran juga diterapkan bagi siswa madrasah," jelas pria kelahiran Cirebon itu mencontohkan.
Caranya, sambung Ahsin, para siswa di madrasah ibtidaiyyah tidak bisa memperoleh ijazah meski sudah dinyatakan lulus, sebelum mampu menghapal sekian juz dalam Alquran. Begitu pula seterusnya, bagi madrasah tsanawiyah dan aliyah, mereka melanjutkan hafalannya.
Hafalan tersebut menjadi modal mereka untuk lulus secara sempurna dari lembaga pendidikan yang telah mereka tempuh. "Sebab anak-anak harus terus didorong untuk menjadk hafiz, dimulai sejak kecil," tuturnya.
Barulah, ketika menginjak perguruan tinggi atau mengenyam pemdidikan khusus penghapal Alquran, hapalan mereka diperkuat dengan pendalaman tafsir, pemahaman dan implementasi Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, kata dia, Alquran pun menjadi akhlak.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
