REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ratna Ajeng Tejomukti
Banyaknya peristiwa sejarah yang terjadi di bulan Syawal harus diambil hikmahnya.
Syawal merupakan bulan yang dinantikan umat Muslim setelah berpuasa sebulan penuh pada Ramadhan. Bulan kemenangan dan kembalinya fitri setelah ditempa dengan ujian hawa nafsu.
Direktur Lembaga Pengkajian dan Penerapan Tauhid Unida Bogor Dr Amir Mahruddin mengatakan, Syawal berasal dari kata Syala yang berarti naik, meningkat, dan membawa. Banyak peristiwa ibadah dan sejarah penting terjadi pada masa Rasulullah SAW di bulan Syawal.
Syawal dikenal dengan bulan nikah. Ketika masa jahiliyah, Syawal justru dianggap bulan yang tidak baik dan membawa sial sehingga penduduk Makkah dilarang menikah pada bulan itu.
Mitos ini muncul ketika satu waktu di bulan Syawal di daerah Makkah terjangkit wabah penyakit. Sehingga, mereka meyakini Syawal merupakan bulan yang tidak baik.
Mitos inipun dipatahkan Rasulullah SAW dengan menikahi putri Abu Bakar as-Shidiq, Siti Aisyah, pada bulan Syawal. Putri Rasulullah SAW Siti Fatimah dengan Ali bin Abi Thalib pun menikah pada 29 Syawal.
Sehingga, umat Islam diajarkan jika bulan Syawal justru bulan yang baik untuk melangsungkan sunah Nabi SAW tersebut.
Selain itu, terang Mahrudin, peristiwa Islam yang terjadi ketika Syawal di antaranya perjalanan Rasulullah ke Thaif pada bulan Syawal di tahun 10 kenabiannya.
Dalam perjalanan dakwah ke Thaif, Rasulullah SAW mendapat penolakan dan dilempari batu. Namun, meski ditawari malaikat untuk memberi hukuman ke penduduk Thaif, Rasulullah SAW memilih memaafkan dan mendoakan anak keturunan mereka beriman.
Banyak perang juga terjadi ketika Syawal, di antaranya Perang melawan bani Qaynuqa. "Mereka merupakan bangsa Yahudi yang melanggar perjanjian Madinah. Sehingga, Umat Muslim mengusir bangsa Yahudi tersebut dari Madinah," paparnya.