REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nashih Nashrullah
Pada perayaan Natal 2012 di Mesir, Partai Keaslian Salafi (al-Ashalah as-Salafi), mengeluarkan pernyataan pedas. Melalui Ketua Pimpinan Partai yang mengusung ideologi salafi itu, Adil Abdul Maqshud, menegaskan tak akan pernah menghaturkan ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada Barat. “Mereka anggap kita agresor dan penjajah untuk menjilat ke Barat,”katanya
Sikap ini mendapat reaksi dari sejumlah tokoh, tak terkecuali Sekjen Uni Ulama Internasional, Syekh Yusuf al-Qaradhawi. Menurut sosok yang belum lama ini, mengundurkan diri dari Dewan Senior Ulama al-Azhar Mesir itu, ucapan selamat natal boleh dilakukan. Ini termasuk perbuatan baik kepada sesama. Dengan catatan, mereka tidak sedang memerangi Muslim.
Ucapan itu boleh ditempuh, apalagi jika ada hubungan emosional dengan mereka seperti kerabat, tetangga, rekan bisnis, atau teman di sekolah. Berdalih situasi dan kondisi kini telah berubah serta mengacu pada fikih kemudahan, maka ia memutuskan bersebarangan dengan pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim.
Pakar fikih terkemuka Prof Musthafa az-Zurqa, mengatakan ucapan selamat tersebut adalah bagian dari basa-basi dan interaksi sosial yang baik. Islam tidak melarang ucapan semacam ini. Apalagi, Isa dalam akidah Islam termasuk rasul yang dihormati.
Menurutnya, siapa yang menyangka bahwa ini akan merusak akidah, ia telah salah besar. Basa-basi ini tak berkaitan dengan akidah. Rasulullah SAW pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi. Ini bukan soal akidah si Yahudi, tapi soal sakralitas kematian.
Selain dua nama di atas, pada dekade sebelumnya, para pemuka Islam di Mesir telah mengambil sikap terlebih dahulu. Ada almarhum Grand Syekh al-Azhar Prof Muhammad Sayyid Thanthawi dan mantan menteri wakaf, Prof Mahmud Hamdi Zaqzuq.