Ahad 14 Jul 2013 14:42 WIB

Kisah Turunnya Hidangan dari Langit

Gurun pasir (ilustrasi)
Foto: .free-extras.
Gurun pasir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Afriza Hanifa

Allah menurunkan hidangan yang terdiri dari roti, ikan, delima, dan buah-buahan, serta beragam lainnya.

“Wahai Isa putra Maryam, dapatkah Tuhanmu mengirimkan kepada kami sebuah hidangan dari surga?” Pinta pengikut Isa, atau yang disebut dengan Al Hawariyyun.

Tentu saja permintaan tersebut sangat mengejutkan Nabiyullah Isa. Jika bukan untuk menguji kenabiannya maka para pengikutnya bukan lain ingin menguji kebesaran Allah.

“Takutlah kepada Allah, jika kalian memang beriman,” jawab Isa.

Permintaan “besar” Hawariyyun bermula saat Allah memerintahkan hamba-Nya mengerjakan puasa selama 30 hari. Nabi Isa pun kemudian menyampaikan perintah Allah kepada para muridnya. Maka berpuasalah mereka selama sebulan atau 30 hari. Pada ujung bulan, setelah mengerjakan puasa, para pengikut Isa pun meminta “hadiah”.

Tak tanggung-tanggung, mereka meminta sesuatu yang sangat besar. Mereka menginginkan sebuah hidangan diturunkan dari langit untuk mereka berbuka puasa.

Mendengar permintaan pengikutnya, Isa tak habis pikir. Telah banyak mukjizat yang Allah berikan padanya, namun pengikutnya tak kunjung juga merasa puas. Putra Maryam pun kemudian takut pengikutnya akan seperti umat terdahulu yang meminta sesuatu besar kepada Allah namun berujung pada kekafiran. Dia enggan menyetujui permintaan pengikutnya tersebut.

Namun, para Hawari terus membujuk Nabi Isa. Mereka menginginkan hari raya atas puasa yang telah mereka lakukan dengan turunnya hidangan dari langit. Mereka pun beralasan kepada Isa, “Kami meminta hidangan itu karena kami ingin memakannya dan agar tenteram hati kami, agar keimanan kami menjadi lebih kuat dan supaya kami mengetahui bahwa kau memang menyampaikan hal yang benar dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu,” ujar mereka.

Pengikutnya terus bersikeras, Nabi Isa pun tak sanggup menolak. Dia kemudian bersiap menuju tempat peribadatannya. Mengenakan pakaian bagus, Nabiyullah memohon kepada Allah agar permintaan umatnya dikabulkan.

“Ya Rabb kami, turunkanlah kepada kami sebuah hidangan dari langit, yang hari turunnya akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau. Beri rezekilah kami, dan Engkaulah sang Maha Pemberi rezeki,” pinta Al Masih.

Allah pun kemudian mengabulkan utusan-Nya. Allah kemudian berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu. Barang siapa yang kafir sesudah turun hidangan itu maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia,” firman Allah.

Maka sebuah meja suci berisi banyak makanan, atau disebut dengan Al Maidah turun dari langit. Dua buah awan mengapitnya dan membawanya turun menuju Nabi Isa. Sementara, Al Hawariyun menyaksikan peristiwa menakjubkan tersebut. Nabi Isa terus berdoa agar hidangan tersebut menjadi rahmat dan  bukan azab. Saat menerimanya, Nabi Isa pun membuka kain penutup hidangan tersebut seraya berkata, “Dengan nama Allah sebaik-baik pemberi rezeki,” ujarnya.

Dikabarkan, hidangan tersebut terdiri atas roti, ikan, delima dan buah-buahan, dan  beragam lainnya. Aromanya pun sangat harum semerbak. Menerima kasih sayang Allah, Nabi Isa pun kemudian bersujud yang kemudian diikuti para pengikutnya. Lalu para pengikut Isa bertanya, “Wahai Roh Allah, apakah ini makanan dari dunia, ataukah dari surga?”

Nabi Isa dengan sabar menjawab, “Bukankah Allah telah melarang kalian mengajukan pertanyaan macam ini. Hidangan ini dari Ilahi, Allah Maha Berkuasa hanya mengatakan 'jadilah', maka jadilah hidangan ini. Ini adalah tanada dari Allah sekaligus peringatan manusia agar beriman,” ujar Nabi Isa.

Tibalah saat menyantap hidangan. Namun, bukan bersegera memakannya, para pengikut Isa menyuruh nabi mereka memakannya terlebih dahulu. “Kami tidak akan makan sebelum engkau memakannya,” ujar mereka.

Nabi Isa pun menjawab, “Bukankah kalian yang meminta ini sejak awal?” ujarnya. Namun, mereka tetap enggan menyentuh hidangan tersebut. Maka Nabi Isa pun memanggil para fakir miskin dan orang sakit. Mereka diberikan kesempatan menyantap hidangan luar biasa tersebut. Setelah memakannya, tiba-tiba mereka yang sakit menjadi sembuh, yang cacat menjadi normal, yang sekarat menjadi sehat. Melihatnya, para pengikut Isa yang meminta hidangan sejak awal itu pun menyesal tak menyantapnya pertama kali.

Keajaiban Al Maidah pun masih terlihat saat disantap. Meski ribuan orang memakannya, hidangan tersebut tak kunjung habis. Setiap yang memakannya pun mendapat kebaikan yang banyak. Keajaiban Al Maidah ini pun di kemudian hari menjadi satu dari mukjizat Nabi Isa yang disalahartikan pengikutnya. Mereka kemudian melupakan esensi mukjizat nabi Allah dan justru menganggap Isa sebagai putra Allah kemudian menyembahnya.

Kisah Al Maidah ini diberitakan dalam Alquran, bahkan diabadikan menjadi nama surat, yakni surah al-Maidah. Kisah tersebut terdapat dalam surah al-Maidah ayat 110 hingga 120. Terdapat pula hadis yang mengisahkannya dari beberapa sahabat, seperti Ibnu Abbas dan Salman al-Farisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement