REPUBLIKA.CO.ID, JAWARA yang satu ini bukan kumpulan para jagoan. Melainkan akronomi dari Jaringan Wirausahawan Pengguna Dinar dan Dirham Nusantara.
Paguyuban yang dibentuk 2009, sebagai wadah bagi para pengusaha, pedagang, produsen, penyedia jasa, baik perorangan maupun perusahaan yang menggunakan dnd sebagai alat pertukaran dalam kegiatan perniagaan.
Ketua JAWARA, Abdurrahman Rachadi, mengatakan, sebanyak 300 pengusaha dan pedagang tergabung dalam wadah ini.
Sedangkan anggota yang berasal dari profesi lain pengguna dnd angkanya mencapai ribuan. ''Anggota JAWARA pun bukan hanya dari kalangan Islam, tapi ada juga dari non-Muslim.''
Kehadiran JAWARA sudah tersebar di seluruh Indonesia. Namun, kegiatan aktif masih di seputar Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur. Merambah juga ke Medan, Riau, Kalimantan, Sulawesi, dalam waktu dekat menyusul Ternate.
Banyak kegiatan yang dilakukan JAWARA. Menurut Abdurrahman, kegiatan rutin melakukan muamalah melalui Festival Hari Pasaran (FHP) yang mengajak bermuamalah secara benar. Pasar ini sifatnya seperti bazar, namun tanpa pungutan biaya sewa apa pun.
''Kita mengikuti sunah Rasulullah SAW bahwa pasar itu seperti di masjid tidak ada kutipan bayaran, yang ada hanya infak, sedekah,'' katanya. Di Festival ini pula, mereka membumikan tradisi pembayaran yang dicontohkan Rasulullah, transaksi memakai dnd.
Ia menjelaskan, program teranyar yang kini sedang digalakkan JAWARA disebut One Dirham Movement. Program ini mengajak umat Islam membiasakan berzakat, infak, sedekah dengan dnd. Kegiatan yang sedang dilakukan berupa pengumpulan dana for Palestina menggunakan dnd.
JAWARA aktif pula melakukan sosialisasi dnd ke masyarakat. Caranya dengan mendirikan Kampung Muamalah. Seperti di Depok, kini sudah ada sekitar 40 warung dan toko yang menerima pembayaran dengan dnd. Di Tebet, Jakarta Selatan, tersebar 13 toko menjual berbagai kebutuhan yang pembayarannya menerima dinar dan dirham.