Ahad 18 Nov 2012 12:32 WIB

Iri Hati yang Dilarang (2)

Rep: Hannan Putra/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: askmen.com
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Sifat iri hati ini terkadang bisa berbentuk rasa senang terhadap lenyapnya kenikmatan dari orang yang dihasudnya, dan berharap agar dirinyalah yang mendapatkannya.

Iri hati seperti ini jelek, sebab terlampau mementingkan diri sendiri, dan menghalangi sampainya kenikmatan ke tangan orang lain.

Lebih jelek dari itu adalah mengharapkan lenyapnya kenikmatan dari orang yang dihasudnya dan berharap agar kenikmatan tersebut dimiliki oleh orang lain.

Dan paling jelek dari semua itu adalah mengharapkan lenyapnya kenikmatan tersebut dari orang yang dihasudnya dan orang lain secara keseluruhan.

Pelaku hasud jenis terakhir ini adalah musuh nikmat Allah nomor wahid. Dalam kitab Shahihain disebutkan dari sahabat Anas ibnu Malik RA dari Nabi SAW, Beliau SAW bersabda, “Janganlah kamu saling membenci, memutuskan persaudaraan, menghasud dan menjerumuskan, tetapi jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara.”

Adapun cara mengobati penyakit dengki dan iri hati adalah, terkadang bisa dengan cara melakukan zuhud (menjauhi keduniawian). Sebab, urusan duniawi adalah hal yang amat kecil. Bahkan, sedikitpun tidak bisa menyamai berat sayap seekor nyamuk.

Terkadang bisa pula dilakukan dengan cara merelakan diri terhadap segala takdir Tuhan, sebab tanpa adanya kerelaan hanya akan berakibat penyesalan belaka bagimu, lepasnya pahala dari tanganmu dan beroleh kemurkaan dari Tuhanmu.

Kedua hal tersebut merupakan mushibah yang paling besar. Sepandai-pandainya manusia tidak akan bisa melepaskan diri dari takdir Tuhan, tiada jalan baginya selain hanya kerelaan.

* Khutbah Masjidil Haram oleh Syekh Abdullah Ibnu Muhammad Al-Khulaifi, Khatib dan Imam Masjidil Haram

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement