REPUBLIKA.CO.ID, Selagi seorang hamba masih dalam keadaan hidup, maka rezekinya ditanggung Allah.
Wahai kaum Muslimin, bertawakkal adalah perbuatan orang yang mengetahui bahwa Allah SWT pasti menjamin rezekinya dan mencukupinya.
Kemudian, ia memercayai jaminan ini dengan sepenuh hatinya, berserah diri sepenuhnya kepada-Nya tentang jaminan rezekinya.
Setiap orang telah ditentukan rezekinya, baik ia seorang yang berbakti ataupun fasik, beriman ataupun kafir. Pendek kata, semua orang beroleh bagian yang telah ditentukan.
Allah SWT berfirman dalam kitab-Nya, “Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lahyang memberi rezekinya.” (QS. Hud: 6). Demikianlah realitas yang ada, sekalipun banyak hewan lemah yang tak mampu mencari rezeki.
Allah SWT berfirman pula, “Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allah-lah yang memberi rizki kepadanya dan kepadamu.” (QS. Al-Ankabut: 60).
Selagi seorang hamba masih dalam keadaan hidup, maka rezekinya ditanggung Allah, dan Allah akan memudahkan baginya mendapatkan rezeki, baik dengan melalui usaha ataupun tidak.
Allah SWT berfirman, “… barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki-Nya).” (QS. Ath-Thalaq: 2).
* Khutbah Masjidil Haram oleh Syekh Abdullah Ibnu Muhammad Al-Khulaifi, Khatib dan Imam Masjidil Haram