Selasa 17 Jul 2012 21:48 WIB

Sejarah Tarekat Rifa'iyah (1)

Rep: Nidia Zuraya/ Red: Chairul Akhmad
Ilustrasi
Foto: Antara
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Dalam agama Islam, banyak sekali aliran keagamaan yang berkembang, baik dalam bidang ilmu kalam (teologi) atau akidah, fikih, tasawuf, maupun lainnya.

Dibandingkan bidang teologi dan fikih, aliran yang paling banyak berkembang adalah tasawuf. Setidaknya, banyak cara umat Islam dalam mendekatkan diri kepada Allah melalui pendekatan olah spiritual (hati), khususnya tasawuf.

Dalam ilmu tasawuf, salah satu upaya yang dikembangkan untuk taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) adalah mengikuti tarekat. Tarekat berasal dari bahasa Arab, yakni thariqah, yang berarti jalan.

Sedikitnya terdapat 42 tarekat mu’tabarah (terkenal) di dunia. Mulai dari tarekat Qadiriyah, Naqsabandiyah, Qadiriyah wan Naqsabandiyah, Syadziliyah, Sammaniyah, Tijaniyah, Khalwatiyah, Syattariyah, Khalidiyah, Mufaridiyah, hingga Rifa’iyah.

Tarekat Rifa’iyah, khususnya, pertama kali muncul dan berkembang luas di wilayah Irak bagian selatan. Pendirinya adalah Abul Abbas Ahmad bin Ali Ar-Rifa’i. Ia lahir di Qaryah Hasan, dekat Basrah, Irak bagian selatan, pada 500 H (1106 M). Sedangkan, sumber lain menyebutkan, ia lahir pada 512 H (1118 M).

Abu Bakar Aceh dalam buku Pengantar Ilmu Tarekat: Kajian Historis tentang Mistik memaparkan, Ar-Rifa’i menghabiskan hampir seluruh hidupnya di wilayah Irak bagian selatan. Sewaktu berusia tujuh tahun, ayahnya meninggal dunia. Ia lalu diasuh pamannya, Mansur Al-Batha’ihi, seorang syekh tarekat.

Selain menuntut ilmu pada pamannya tersebut, ia juga berguru pada pamannya yang lain, Abu Al-Fadl Ali Al-Wasiti, terutama tentang mazhab fikih Imam Syafi’i. Pada usia 21 tahun, ia telah berhasil memperoleh ijazah dari pamannya dan khirqah sembilan sebagai pertanda sudah mendapat wewenang untuk mengajar.

John L Esposito dalam Ensiklopedia Oxford: Dunia Islam Modern menyebutkan, garis keturunan sufi Ar-Rifa’i sampai kepada Junaid Al-Baghdadi (wafat 910 M) dan Sahl Al-Tustari (wafat 896 M).

Pada 1145, Ar-Rifa’i menjadi syekh tarekat ini ketika pamannya (yang juga merupakan syekhnya) menunjuknya sebagai pengganti. Dia kemudian mendirikan pusat tarekat sendiri di Umm Abidah, sebuah desa di Distrik Wasit, tempat dia wafat kelak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement