Rabu 13 Jun 2012 22:12 WIB

Jauhar dan Aradh (3-habis)

Ilustrasi
Foto: Blogspot.com
Ilustrasi

Oleh: Prof Dr Nasaruddin Umar

Konsep al-Haqiqah al-Wujud ini juga masih mempunyai pembahasan lebih mikro karena penerapan konsep jauhar dan aradh ini dapat membantu kita untuk memahami Tuhan yang selama ini mungkin amat susah dipahami.

Nabi juga pernah mewanti-wanti kita dengan hadisnya, “Pikirkanlah makhluk Tuhan, jangan memikirkan zat-Nya.” (Tafakkaru fi khalq Allah wa la tafakkaru fi dzat Allah).

Ini bukan berarti Tuhan Mahakikir, tidak mau mem perkenalkan diri-Nya kepada hamba-Nya, sungguh itu manusia sebagai makhluk ciptaan paling mulia-Nya, tetapi kata penyair Jalaluddin Rumi, apalah arti sebuah cangkir untuk menampung samudra. Artinya, kapasitas memori manusia sangat tidak mampu untuk menampung Zat Yang Mahabesar.

Sekuat apa pun ilmu pengetahuan, tidak akan pernah sanggup menjelaskan zat Tuhan. Jangankan Tuhan, kalimat-kalimat Tuhan pun tidak akan pernah mampu dijelaskan oleh ilmu pengetahuan, seperti ditegaslan di dalam QS Al-Kahfi, sekalipun lautan samudra bisa dijadikan tinta dan ditambah berkali-kali lagi, tidak akan pernah kita bisa menjelaskan secara sempurna kalimat Tuhan.

Satu-satunya cara bisa digunakan untuk memahami lebih mendalam kompleksitas Tuhan ialah dengan menggunakan makrifah atau biasa juga disebut hikmah. Hanya saja makrifah atau hikmah tidak semua manusia bisa mengaksesnya.

Alquran menegaskan, hanya orang tertentu yang dikehendaki Tuhan yang mampu mengakses hikmah (yutil hikmah man yasya' wa man yutal hikmah faqad utiyah khairan katsiran). Sungguh beruntunglah orang yang mendapatkan hikmah itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement