REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Pahlawan selalu menjadi pengingat bahwa keberanian tidak sekadar tentang mengangkat senjata, tetapi juga tentang keteguhan hati, kecerdasan mengambil keputusan, dan pengorbanan demi kebenaran.
Dalam tradisi Islam, sosok para sahabat Nabi Muhammad SAW adalah gambaran paling jelas tentang pahlawan yang kehadirannya tidak hanya dikenang dalam sejarah, tetapi juga diabadikan sebagai teladan bagi umat sepanjang zaman.
Di antara para sahabat itu, Umar bin Khattab berdiri sebagai figur yang dipenuhi keyakinan kuat, keberanian kokoh, dan kepemimpinan yang jernih. Keberaniannya bukan sekadar keras dalam ucapan, tetapi keberanian untuk menegakkan keadilan meski kepada dirinya sendiri.
Umar bukanlah sosok yang lahir dalam ketenangan. Dulu, sebelum menerima Islam, ia dikenal keras dan tegas. Namun setelah cahaya hidayah menyentuh hatinya, ketegasan itu berubah menjadi keberanian yang terarah.
Pada saat itu, Umar berusia antara 30 hingga 35 tahun dan memiliki tubuh yang kuat serta keberanian yang memuncak. Umar lalu mendatangi Rasulullah yang tengah bersama para sahabatnya di Darul Arqam di Safa. Di sanalah ia mengikrarkan diri beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Umar tidak hanya beriman dalam diam, tetapi mengumumkan keislamannya secara terbuka. Padahal, mayoritas Muslim saat itu masih merahasiakan iman mereka demi keselamatan.
View this post on Instagram




