Kamis 11 May 2017 21:31 WIB

Fritjhof Schuon, Filsuf yang Bersyahadat

Rep: Dia/Berbagai Sumber/ Red: Agung Sasongko
Mualaf (ilustrasi).
Foto: Onislam.net
Mualaf (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kalangan akademisi maupun mahasiswa filsafat dan orang-orang yang menggemari ilmu filsafat tentu mengenal sosok Fritjhof Schuon. Ya, dia adalah salah seorang ahli filsafat yang sangat terkenal. Tidak hanya di kalangan ilmuwan Barat, tapi juga cendekiawan Muslim.

Semasa hidupnya, Frithjof Schuon dikenal sebagai seorang filsuf sekaligus metafisikawan serta penulis berbagai buku bertema agama dan spiritualitas. Namanya juga selalu dikaitkan dengan gagasannya yang tertuang dalam buku fenomenalnya berjudul The Transcendent Unity of Religions. Sebuah buku yang dijadikan rujukan oleh para penganut paham pluralisme agama.

Frithjof Schuon dilahirkan di Basel, Swiss, pada tanggal 18 Juni 1907. Ayahnya berdarah Jerman dan ibunya berasal dari Asaltia. Ayahnya adalah seorang pemain biola, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Masa kecilnya ia habiskan di Basel dan bersekolah di sana hingga kematian ayahnya. Sepeninggal ayahnya, Schuon kecil bersama sang ibu memutuskan untuk hijrah ke Mulhouse, Prancis.

Ketika bermukim di Prancis inilah Schuon mulai menunjukkan ketertarikannya terhadap ilmu filsafat. Salah satu tokoh filsuf yang amat dikaguminya adalah Rene Guenon, seorang filsuf berkebangsaan Prancis. Guenon yang juga merupakan seorang mualaf dikenal sebagai pelopor filsafat abadi.

Sejak usia 16 tahun, Schuon telah melahap berbagai karya Guenon, selain mengkaji karya-karya Plato. Lantaran terobsesi oleh pemikiran Guenon, Schuon memberanikan diri berkorespondensi dengan tokoh panutannya tersebut selama hampir 20 tahun lamanya. Kelak ia menjadi salah seorang tokoh penerus pemikiran Guenon.

Setelah menjalani wajib militer selama 1,5 tahun, Schuon memutuskan untuk hijrah ke Kota Paris. Di kota mode ini, ia mencoba bekerja sebagai desainer tekstil. Pada sela-sela waktu luangnya, Schuon mengikuti kelas bahasa Arab yang diselenggarakan di sebuah masjid di Paris.

Hidup di Paris telah memberikan kesempatan kepada Schuon untuk mengenal berbagai bentuk kesenian tradisional dari berbagai negara, khususnya Asia. Kecintaannya terhadap kesenian tradisional inilah yang kemudian membawanya berkelana hingga ke Aljazair pada 1932. Di sana ia bertemu dengan seorang sufi yang bernama Syekh Ahmad Al-Alawi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement