Jumat 06 Oct 2017 20:15 WIB

Belajar Alquran dan Mengajarkannya

 Jamaah belajar membaca AlQuran bersama ustaz sebelum Shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (15/9).
Foto: Republika/ Wihdan Hidayat
Jamaah belajar membaca AlQuran bersama ustaz sebelum Shalat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (15/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengajarkan Alquran menjadi elemen yang amat penting. Belajar Alquran tentu amat baik, tapi belum tentu yang terbaik jika ilmu Alquran yang kita dapat kita simpan rapat-rapat demi sebuah gelar ustaz. Belajar dan mengajarkan Alquran menjadi paket yang tak terpisahkan.

Bahkan ada ancaman bagi seseorang yang sengaja menyembunyikan ilmu dari kitabullah. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah tobat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima tobatnya dan Akulah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS al-Baqarah [2]: 159-160)

Maka mulialah mereka yang mengabdikan diri di surau-surau kecil mengajarkan kitab suci kepada anak-anak yang masih lugu. Mereka sejatinya sebaik-baik orang meski tak ada gaji bulanan yang mampir ke rekening jelang tanggal 30. Mereka yang mengajarkan ilmu nan bermanfaat karena berkat a, ba, ta, tsa..anak-anak itu kelak lancar membaca al-Fatihah dalam shalat mereka.

Dalam tiap rakaat anak-anak itu kelak, mengalir puluhan pahala kepada para guru ngaji itu. Bukankah Rasulullah SAW sudah bersabda, "Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." (HR Muslim)

Betapa beruntungnya para guru mengaji yang serba ikhlas itu. Bagaimana mereka tidak ikhlas? guru mengaji bukanlah profesi yang harus repot melakukan sertifikasi demi tambahan gaji. Merekalah orang yang penuh kesadaran menginsyafi diri. Bisa jadi bekal mereka untuk pulang ke kampung akhirat amatlah kurang.

Maka mereka berlomba mengumpulkan pundi-pundi pahala dengan menebar ilmu yang amat bermanfaat. Sungguh mengeja satu huruf dalam Alquran begitu besar pahalanya. Nabi SAW bersabda, "Siapa yang membaca satu huruf dari Alquran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan Alif laam miim satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf." (HR Tirmidzi)

Menjadi manfaat adalah tujuan hidup sebaik-baik manusia. Kalau terlampau berat mengajari anak-anak mengaji, minimal kita pastikan anak-anak kita bisa mengeja Alquran lewat lisan ayah ibunya.

Disarikan dari Dialog Jumat Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement