Kamis 17 Jul 2025 15:46 WIB

Druze, Minoritas Agama yang Anti-Assad dan Mesra dengan Israel

Druze mengklaim diri mereka sendiri bukan Muslim.

Komunitas Druze.
Foto: AP Photo/Maya Alleruzzo
Komunitas Druze.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS— Gelombang kekerasan sektarian yang mematikan telah mengguncang Suriah, menempatkan fokus pada lanskap keamanan yang rapuh di negara itu ketika pemerintah baru mencoba untuk memaksakan otoritasnya atas wilayah yang terpecah belah tersebut. 

Pada Ahad (13/7/2025) lalu, laporan penculikan seorang pedagang dari kelompok minoritas Druze memicu bentrokan mematikan selama berhari-hari antara milisi Druze dan pejuang Badui Sunni di Suriah selatan.

Baca Juga

Kemudian pada Selasa (15/7/2025), Israel melakukan intervensi militer, dengan mengatakan bahwa pasukannya berusaha untuk melindungi kaum Druze dan untuk menghabisi pasukan pro-pemerintah yang dituduh menyerang mereka di Suweida.

Sedikitnya 300 orang dilaporkan telah terbunuh di Suweida sejak Ahad, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.

Kekerasan ini merupakan yang pertama kali terjadi di Provinsi Suweida yang berpenduduk mayoritas Druze sejak pertempuran pada bulan April dan Mei lalu antara pejuang Druze dan pasukan keamanan Suriah yang menewaskan puluhan orang.

Sebelumnya, bentrokan di provinsi-provinsi pesisir Suriah pada Maret dikatakan telah menewaskan ratusan anggota kelompok minoritas Alawite, yang merupakan bagian dari kelompok yang dipimpin oleh mantan penguasa Bashar al-Assad.

Kerusuhan mematikan tersebut, bersama dengan serangan Israel yang kejam, telah memicu kembali kekhawatiran akan gangguan keamanan di Suriah. 

Ketika negara itu bergulat dengan dampak dari perang saudara selama lebih dari satu dekade, dan pengambilalihan Damaskus oleh pemberontak yang dipimpin oleh kelompok Islamis pada Desember 2024. 

Pemimpin Suriah saat ini, mantan jihadis Ahmed al-Sharaa, telah bersumpah untuk melindungi kaum minoritas Suriah.                    

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement