REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Abdel Bari Atwan memperingatka kebijakan agresif Amerika Serikat dan Israel telah mendorong Timur Tengah ke ambang krisis baru, memicu kekhawatiran akan konflik yang berkepanjangan dan mengganggu stabilitas.
Gencatan senjata yang rapuh di Gaza sekali lagi menarik perhatian global terhadap dinamika mendasar konflik Israel-Palestina dan persaingan kekuatan yang membentuk Timur Tengah.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Meskipun gencatan senjata sementara telah menghentikan pertumpahan darah segera, pertanyaan tentang keberlanjutan, rekonstruksi, dan pertanggungjawaban terus mendominasi pembicaraan regional.
Dalam konteks ini, Abdel Bari Atwan, jurnalis Palestina-Inggris terkemuka dan Pimpinan Redaksi Rai al-Youm, menawarkan perspektif kritis tentang motif Israel, peran Amerika Serikat, dan masa depan Gaza.
Berbicara kepada Mehr News Agency, Atwan menggambarkan gencatan senjata sebagai sangat rapuh dan memperingatkan bahwa sejarah Israel dalam melanggar perjanjian meninggalkan sedikit harapan untuk perdamaian yang langgeng.
Komentar Atwan menerangi persimpangan antara politik, ekonomi, dan kekuasaan yang mendasari kebijakan Israel. Dari penghancuran infrastruktur Gaza hingga ambisi geopolitik untuk menciptakan "Israel Raya," analisanya menyoroti tantangan mendasar yang dihadapi oleh setiap inisiatif perdamaian yang sejati di kawasan tersebut. Berikut adalah teks wawancara Mehr News Agency dengan Abdel Bari Atwan, dikutip Republika.co.id, Sabtu (1/11/2025).
- Menurut Anda, seberapa tahan lama gencatan senjata ini? Mengingat pelanggaran Israel terhadap perjanjian gencatan senjata di masa lalu, apakah Anda memperkirakan kemungkinan serangan baru setelah fase pertukaran tawanan selesai?
Lihat postingan ini di Instagram




