Jumat 31 Oct 2025 22:18 WIB

Media Internasional: Timteng tak Akan Berubah Seperti yang Israel Mau dan Dunia Mengecewakan

Dunia internasional gagal mengatasi tragedi kemanusiaan di Sudan.

Warga Sudan yang melarikan diri dari kota el-Fasher, setelah pasukan paramiliter Sudan membunuh ratusan orang di wilayah barat Darfur di kamp di Tawila, Sudan, Rabu, 29 Oktober 2025.
Foto: AP Photo/Muhnnad Adam
Warga Sudan yang melarikan diri dari kota el-Fasher, setelah pasukan paramiliter Sudan membunuh ratusan orang di wilayah barat Darfur di kamp di Tawila, Sudan, Rabu, 29 Oktober 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON— Surat kabar internasional membahas perkembangan situasi di Timur Tengah yang menurut para analis tidak akan berubah seperti yang diperkirakan Israel.

Sementara surat kabar lain membahas kegagalan internasional baru yang memperburuk tragedi kemanusiaan di Sudan.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Mark Lynch menulis artikel di majalah Foreign Affairs yang bilang bahwa pembicaraan tentang pembentukan Timur Tengah baru hanyalah "ilusi", karena kepentingan Amerika di wilayah itu beda dengan kepentingan Israel.

Penulis berpendapat bahwa Washington tidak akan mampu mengadopsi banyak kebijakan Tel Aviv, yang harus menyadari kenyataan bahwa keunggulan militernya tidak akan menciptakan tatanan baru di kawasan itu setelah membuat dirinya menjadi ancaman bagi banyak negara di kawasan tersebut.

Dia juga menyebut penghancuran Gaza dan upaya untuk mencaplok Tepi Barat menghancurkan semua upaya mencapai solusi adil yang bisa mewujudkan negara Palestina.

Dalam surat kabar Israel Haaretz, sebuah artikel opini mengatakan bahwa Partai Likud yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu-yang dicari oleh Mahkamah Pidana Internasional-telah menjadi partai bagi kaum Yahudi yang taat.

Hal ini tak lain karena mengandalkan dukungan dari kaum Haredi baik dalam pemilihan pendahuluan maupun melalui koalisi yang berkuasa untuk memastikan kelangsungan kekuasaannya.

Artikel tersebut mengatakan bahwa para menteri berpartisipasi dalam acara-acara keagamaan dan melaksanakan agenda Haredim, sementara kebijakan dan pendanaan pemerintah diarahkan ke kebijakan keagamaan yang sempit dan anti-Zionisme.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement