Sabtu 01 Nov 2025 06:18 WIB

12 Fakta tentang Sudan yang Jarang Diketahui Publik, Berikut Penjabarannya

Sudan adalah negara mayoritas Muslim.

Pria Sudan membaca Alquran selama bulan suci Ramadhan di Masjid Sheikh greeb Allah di Oumdrman, Khartoum, Sudan, Sabtu, 2 April 2022.
Foto: AP/Marwan Ali
Pria Sudan membaca Alquran selama bulan suci Ramadhan di Masjid Sheikh greeb Allah di Oumdrman, Khartoum, Sudan, Sabtu, 2 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Sudan adalah salah satu negara terbesar di Afrika dan berbatasan dengan tujuh negara, yaitu Afrika Tengah, Sudan Selatan, Chad, Mesir, Eritrea, Ethiopia, dan Libya.

Negara ini dikenal dengan situasi keamanannya yang tidak stabil, dengan pertempuran yang terjadi di Khartoum menjadi berita utama.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Sudan juga mengalami perang saudara terpanjang di Afrika yang berlangsung selama 22 tahun antara tahun 1983 dan 2005. Perang saudara tersebut adalah yang kedua setelah perang yang terjadi di Sudan Selatan pada 1955.

Dan sekarang, perang saudara di Sudan, yang kini memasuki tahun ketiga, melibatkan tentara Sudan dan RSF.

Konflik ini telah menewaskan puluhan ribu orang, menyebabkan jutaan orang mengungsi, dan mendorong sebagian besar wilayah Sudan ke ambang kelaparan, meskipun gencatan senjata berulang kali diserukan oleh PBB dan para mediator regional.

Sudan, negara yang terletak di Benu Afrika tersebut menyimpan banyak fakta-fakta menarik yang jarang diketahui publik. Apa saja? Republika.co.id, menghimpunnya sebagai berikut:

Pertama, bahasa resmi di Sudan adalah bahasa Arab.

Bahasa Arab menempati posisi linguistik menonjol sebagai bahasa resmi yang mencerminkan pengaruh budaya dan sejarah yang membentuk komunikasi di negara tersebut.

Dengan sekitar 70 persen penduduk yang berbicara bahasa Arab, bahasa ini berfungsi sebagai kekuatan pemersatu di antara berbagai kelompok etnis di negara tersebut.

photo
Pria Muslim Sudan Selatan berbuka puasa bersama-sama selama bulan suci Ramadan di dalam sebuah masjid di kamp Andalus di Khartoum, 10 Juli 2014. - (Reuters/Mohamed Nureldin Abdallah)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement