Senin 27 Oct 2025 23:00 WIB

Mitos-Mitos Israel Sudah Tamat untuk Selama-lamanya!

Israel hadapi kehancuran citra.

Warga Israel menggelar aksi protes menuntut diakhirinya perang di Jalur Gaza dan menentang pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, Israel, Sabtu (23/8/2025). Para peserta aksi menumpahkan kekesalannya atas kebijakan perang di Gaza yang telah berlangsung lama dan menimbulkan penderitaan bagi semua pihak. 
Foto: AP Photo/Ohad Zwigenberg
Warga Israel menggelar aksi protes menuntut diakhirinya perang di Jalur Gaza dan menentang pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, Israel, Sabtu (23/8/2025). Para peserta aksi menumpahkan kekesalannya atas kebijakan perang di Gaza yang telah berlangsung lama dan menimbulkan penderitaan bagi semua pihak. 

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA—Apakah perang dapat mendefinisikan kembali korban? Pertanyaan yang tampak sederhana, tetapi pada intinya merumuskan kembali hubungan antara moralitas dan realitas, antara ingatan dan politik, antara apa yang kita anggap “baik” dan apa yang kita temukan hanyalah topeng yang membenarkan kekerasan.

Citra Israel telah dibangun sejak ditanamkan di jantung dunia Arab, berdasarkan gagasan tentang korban abadi, yang selamat dari abu pembakaran untuk membangun entitas yang melindunginya dari pengulangan sejarah.

Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Baca Juga

Namun sejarah, seperti yang dikatakan Hegel, hanya berulang dalam bentuk tragedi terlebih dahulu, kemudian menjadi lelucon.

Tragedi Palestina yang berlangsung sejak Nakba hingga hari ini, mengungkapkan bahwa korban yang tidak berdamai dengan lukanya akan berubah seiring waktu menjadi algojo yang takut melihat wajahnya di cermin.

Dalam perang terakhir di Gaza ini, dunia tidak lagi melihat konflik dengan cara pandang yang sama seperti sebelumnya. Gambaran yang meringkas masalah ini sebagai “pertahanan diri Israel” telah sirna di bawah banjir gambar rumah-rumah yang hancur, anak-anak yang terluka, dan debu yang menelan kisah-kisah.

Untuk pertama kalinya, kisah ini tidak lagi diceritakan dari Tel Aviv atau Washington, melainkan dari gang-gang yang hancur, dari bawah reruntuhan, dari mulut seorang wanita yang mencari anaknya, atau anak-anak yang sekarat karena kelaparan.

Di sinilah terjadi perubahan mendalam: Israel tidak lagi menjadi simbol kelangsungan hidup, melainkan model kekuatan berlebihan yang kehilangan kompas moral. Makna berubah, kesadaran berubah.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Republika Online (@republikaonline)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement