Jumat 24 Oct 2025 06:04 WIB

Aplikasi Jadi 'Penyelamat' Warga Gaza Saat Perbankan Hancur dan ATM tak Berfungsi

Pergeseran menuju masyarakat tanpa uang tunai sarat dengan risiko.

Suasana pasar di wilayah Kamp Pengungsi Jabaliya, Gaza.
Foto: AP
Suasana pasar di wilayah Kamp Pengungsi Jabaliya, Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA — Kampanye genosida Israel di Gaza tidak hanya menghancurkan kota, tetapi juga melumpuhkan sistem keuangan di kantong yang terkepung tersebut.

Bank Dunia memperkirakan, setidaknya 93 persen cabang bank di Gaza telah hancur atau tidak berfungsi. Akses warga terhadap uang tunai semakin terbatas. Sebagian besar ATM tak bisa digunakan. Sementara itu, uang kertas yang rusak ditolak oleh pedagang.

Baca Juga

Keputusasaan telah memunculkan ekonomi informal yang dijalankan oleh para pialang uang tunai. Al Jazeera melaporkan, mereka mengutip komisi selangit, terkadang mengambil lebih dari separuh gaji warga. Dalam krisis ini, aplikasi perbankan digital telah menjadi penyelamat.

Sebelum perang, warga Gaza terbilang jarang menggunakan aplikasi-aplikasi ini. Meski demikian, aplikasi tersebut memungkinkan warga Palestina untuk membeli kebutuhan pokok seperti makanan dan obat-obatan serta membayar sewa rumah. Namun, para ekonom memperingatkan bahwa pergeseran menuju masyarakat tanpa uang tunai ini sarat dengan risiko, termasuk kurangnya infrastruktur keuangan dan seringnya gangguan internet.

Bank dan beberapa LSM telah mencoba mendorong penggunaan metode pembayaran digital sebagai alternatif, tetapi dengan akses listrik dan internet yang terbatas akibat penghancuran jaringan listrik dan telekomunikasi oleh Israel. Metode ini hanya menawarkan solusi parsial.

photo
Seorang anak Palestina membawa dirigen air yang kosong di Kamp Pengungsi Bureij, Gaza, Ahad (19/10/2025). Perang dan konflik berkepanjangan di Gaza membuat anak-anak Gaza kehilangan akses pendidikan dan harus berjuang untuk bertahan hidup di pengungsian. - (Moiz Salhi/Anadolu via Reuters)

Afaf Talab Jalo adalah seorang ibu tunggal berusia 48 tahun dengan lima anak yang tinggal di Gaza City. Suaminya syahid akibat dibunuh serangan udara zionis Israel pada 2014. Empat bulan lalu, ia mulai menerima bantuan tunai dari sebuah LSM internasional.“Pertama, kami menerima uang melalui kode,” ujarnya, menjelaskan cara kerjanya. “Saya kemudian mentransfer dana ke dompet elektronik atau rekening bank saya,"ujar Jalo seperti dikutip dari laman The New Humanitarian.

“Ketika saya ingin menarik uang tunai melalui broker, saya harus membayar biaya komisi tambahan,” lanjut Jalo. "Aplikasi bank saya memungkinkan saya berbelanja. Namun, membeli melalui aplikasi biasanya lebih mahal daripada membeli barang dari pedagang kaki lima. Selain itu, tidak semua barang bisa dibeli dengan kartu. Misalnya, [pembayaran] transportasi tidak bisa dilakukan dengan aplikasi apa pun."

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement