REPUBLIKA.CO.ID, DOHA— Anggota Biro Politik Hamas, Suhail al-Hindi, mengatakan para pemimpin gerakan tersebut selamat dari upaya pembunuhan yang dilakukan Israel pada Selasa (9/9/2025) di ibu kota Qatar, Doha.
Termasuk Kepala Biro Politiknya, Khalil al-Hayah, dan kepala biro politiknya di Tepi Barat, Zaher Jabarin.
Kepada Aljazeera, dikutip Rabu (10/9/2025), al-Hindi mengkonfirmasi bahwa serangan tersebut menargetkan sebuah pertemuan membahas proposal yang diajukan oleh Amerika Serikat untuk gencatan senjata di Jalur Gaza. Putra Khalil al-Hayah (Hammam) dan manajer kantornya, Jihad Labad, telah menjadi martir.
Dia juga mengkonfirmasi bahwa kontak terputus dengan sejumlah orang lain yang hadir dalam pertemuan tersebut, termasuk Mumin Hassouna, Abdullah Abdul Wahid, Ahmed Abdul Malik, dan yang lainnya yang belum diketahui nasibnya.
Para pemimpin senior Hamas lainnya yang berada dalam pertemuan tersebut selamat dari serangan itu, menurut al-Hindi. Dia menyebut serangan ini tidak menargetkan gerakan tertentu saja atau Negara Qatar, melainkan mengancam setiap orang yang bebas di dunia.
Fakta bahwa serangan itu terjadi beberapa jam setelah Presiden AS Donald Trump berbicara tentang proposal baru itu, berarti AS telah memberikan lampu hijau untuk operasi ini. “Tentu akan memiliki dampak yang sulit pada proses perdamaian," kata pemimpin Hamas itu.
Dia mengatakan dunia bebas harus mengambil sikap terhadap upaya pembunuhan terhadap mereka yang menegosiasikan penghentian permusuhan.
Dia mengingatkan negara-negara Arab harus lebih dari sekadar mengutuk dan mengecam, tetapi harus melakukan tindakan nyata yang mencerminkan tanggung jawab mereka.
Dia menekankan, Palestina adalah persoalan semua orang Arab dan Muslim. Dunia harus mengatakan kepada penjahat Netanyahu dan pemerintahan kriminalnya dan kepada pemerintahan AS di bawah Trump: “Cukup sudah." Hamas mengharapkan sikap yang lebih transparan dari Presiden AS.
Al-Hindi berjanji Hamas akan melanjutkan perjuangannya untuk rakyat Palestina dan tetap berkomitmen untuk melakukan negoisasi pembahasan menghentikan perang.
"Harapan Netanyahu yang bertujuan untuk membunuh negosiasi dan setiap upaya untuk menghentikan perang kandas dalam operasi ini. Yang ada dibenaknya, dia hanya ingin terus menyingkirkan orang-orang Palestina di Gaza dan Tepi Barat," katanya.
